KOMENTAR

"....Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu "dipelopori", atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri..." Ki Hajar Dewantara (Buku Peringatan Taman Siswa 30 tahun, 1922 - 1952)

KUTIPAN di atas kembali mengingatkan para orangtua dan pendidik negeri ini yang sudah 73 tahun merdeka, dengan satu kalimat tanya, "Apakah anak-anak kita sudah merdeka belajar?" "Apakah selama ini kita lebih cenderung menjejalkan sebuah konsep pemikiran kita ke anak-anak atau sebaliknya kita lebih sering mendengarkan suara anak?

Menurut Ki Hajar Dewantara, "Dalam pendidikan harus senantiasa diingat bahwa kemerdekaan itu bersifat tiga macam : berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur diri sendiri"

Berdiri Sendiri
Kemerdekaan belajar berarti mengakui anak sebagai subyek belajar, bukan objek. Anaklah yang menentukan untuk apa dia belajar dan mempelajari sesuatu, anak memiliki kewenangan dan inisiatif dalam belajar.

Tidak bergantung Kepada Orang Lain
Secara alamiah kehidupan sehari-hari anak mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi adalah proses aktivitas belajar. Anak-anak mencoba mencari jawaban dari rasa ingin tahu mereka yang tinggi, tanpa peduli ada orang dewasa di sekitarnya atau tidak. Anak-anak adalah pembelajar sejati.

Dapat Mengatur Diri Sendiri
Anak mampu mengelola diri akan kebutuhan belajarnya. Memilih cara dan media belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya serta kondisi lingkungan sekitar di mana ia dibesarkan. Jadwal belajar anak tidak ditentukan dan dibuat oleh orang dewasa di sekitarnya, baik itu guru di sekolah maupun orangtua di rumah. Anak yang berada dalam kemerdekaan belajar bisa mengatur jadwal belajarnya untuk mencapai tujuan belajar masing-masing.

 

Lahir Dan Tumbuh Merdeka

Apakah semua anak lahir merdeka? Semua pasti akan menganggukkan kepala dan menjawab "iya".  Sejak lahir, anak-anak sudah memiliki empat hal fitrah dalam belajar yaitu:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (intellectual curiosity)

2. Memiliki daya imajinasi kreativitas yang tinggi (creative imagination)

3. Memiliki kemampuan berpikir untuk menemukan suatu pengetahuan (art of discovery and invention)

4. Memiliki akhlak mulia (noble attitude) terhadap proses penemuan ilmu.

Keempat hal tersebut terbukti sejak mereka bisa berjalan dan berbicara, anak-anak tak henti-hentinya menanyakan segala macam yang memantik rasa ingin tahu mereka ke orang dewasa, bahkan tak jarang dari mereka mengulang-ulang pertanyaan tanpa henti.

Tiba-tiba anak bisa membuat semua benda yang ada di sekitarnya menjadi alat permainan yang menggembirakan karena berkolaborasi dengan imajinasi anak-anak yang tinggi. Keseharian anak-anak menjadi sesuatu yang dinamis, karena selalu diwarnai "Aha! Moment", teriakan "Aha!" "Ooo" "Wow!" yang selalu kita temukan di sela-sela keseruan mereka belajar.

Pertanyaan berikutnya, "Apakah ketika masuk usia sekolah, kemerdekaan belajar anak masih terawat dengan baik?"

Pertanyaan di atas harus menjadi perenungan panjang orangtua dan pendidik di sekolah. Jawabannya menjadi sangat krusial karena kemerdekaan belajar adalah modal dasar bagi setiap anak agar menjadi pembelajar seumur hidup. Tanpa adanya kemerdekaan belajar, anak akan belajar dengan penuh paksaan, tanpa dilandasai sebuah kesadaran.

Mewujudkan Kemerdekaan Belajar

Di Rumah

1. Siapkanlah buku "Rasa ingin tahuku" untuk masing-masing anak. Bukalah selalu obrolan ayah bunda dan anak-anak dengan mengulik rasa ingin tahu mereka. Tanyakanlah "Apa yang ingin kalian ketahui pagi ini?\\'. Izinkanlah anak-anak untuk menyampaikan suara mereka dan rasa ingin tahu mereka. Bagi yang sudah mampu menulis, silakan menulis di buku masing-masing. Bagi yang belum bisa menulis, mereka bisa mengucapkannya langsung.

2. Apabila rasa ingin tahu anak muncul sewaktu-waktu, siapkanlah satu kertas flipchart dan spidol di salah satu dinding rumah kita, agar kita bisa mencatatnya kapanpun.

3. Ajak anak-anak untuk mencari jawaban dari rasa ingin tahu tersebut dari berbagai sumber media belajar yang ada. Biarkanlah mereka menemukan jawaban sebanyak mungkin, sehingga membuat anak menemukan ribuan pengetahuan dari satu pertanyaan yang dilontarkan. Tugas orangtua adalah memicu anak untuk terus mencari jawaban, bukan memberikan jawaban versi orangtua sebagai jawaban yang paling benar.

Ingat,
Mendidik itu bukan membuat anak bisa menjawab 1000 pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya, namun membuat anak bertanya 1 pertanyaan yang membawanya menemukan 1000 pengetahuan.

4. Dengarkan suara anak, apa saja yang mereka temukan selama  proses mencari sebuah jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul dari diri mereka.

5. Ulangi lagi prosesnya apabila muncul rasa ingin tahu dari setiap proses petualangan mencari ilmu yang dijalani oleh anak-anak.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting