FA: Dalam pola asuh sehari-hari, kami menerapkan pembagian peran bad cop dan good cop. Saya menjadi “polisi baik” yang dekat, memahami, dan mengikuti apa kata mereka. Saya memahami keseharian anak-anak. Dengan begitu, terkadang mereka tidak takut dengan saya. Saat anak menyanggah perkataan saya, barulah saya serahkan pada Mas Arie untuk mengambil final decision.
F: Bagaimana menyikapi penggunaan gawai oleh anak-anak?
FA: Zaman sekarang, sulit melarang anak menggunakan gawai. Di era digital ini, kita pasti akan bersentuhan dengan teknologi. Tak terkecuali anak-anak. Bahkan tugas sekolah pun kadang mengharuskan siswa mengunggah materi dari internet. Karena itu saya dan Arie menjalankan konsep digital parenting. Kami berdua harus melek teknologi dan sebisa mungkin mendampingi anak-anak saat memainkan gawai, termasuk saat main game. Kami juga memberi batasan waktu untuk memakai gawai. Yang terpenting, anak-anak harus dibekali pondasi agama yang kuat. Dengan demikian, ‘gempuran’ yang datang tidak akan meruntuhkan pertahanan keimanan mereka.
F: Apakah anak-anak tertarik menjadi entertainer?
FA: Kami tidak pernah memaksakan anak-anak terjun di bidang yang sama dengan orangtua mereka. Tapi karena sering melihat aktivitas kami berdua, itu secara otomatis mempengaruhi minat mereka. Gavin dan Kayla misalnya, mereka punya hobi yang sama yaitu membuat vlog dan mengunggahnya ke saluran Youtube.
F: Apakah berlibur adalah kegiatan rutin The Untungs?
FA: Pada dasarnya kami memang keluarga yang suka traveling, suka menonton, dan suka kuliner. Anak-anak ikut saja apa yang orangtua lakukan.
F: Apakah Turki merupakan destinasi impian Arie dan Fenita?
FA: Ya, salah satu negara yang sangat ingin kami kunjungi sejak lama adalah Turki. Kami memilih wisata religi ke Turki selama 12 hari. Kami berkunjung dan melihat sejarah Islam di Topkapi Palace, The Great Theater of Ephesus, Grand Mosque of Bursa, Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque), Hagia Sophia (Museum Basilica Bizantium), juga Green Mosque (Masjid Mehmed I). Anak-anak pun senang karena bisa menaiki hot balloon di Cappadocia.
Islamic Lifestyle
Setelah berhijrah, Arie dan Fenita menjalankan gaya hidup islami dalam keseharian maupun kehidupan profesional mereka. Fenita contohnya, berkolaborasi dengan label fesyen L.tru yang menyemarakkan Jakarta Modest Fashion Week (JMFW) 2018 di Gandaria City, 26-29 Juli lalu. Demikian juga Arie, yang lebih dulu terjun ke dunia fesyen muslim dan sedang menyiapkan sebuah acara keislaman.
F: Bagaimana bisa berkolaborasi dengan fashion brand muslim?
FA: L.tru x Fenita Arie dengan tema Let’s Be Gr(e)atful adalah gambaran perjalanan hijrah saya. Bagaimana saya memutuskan untuk mengenakan hijab. Sekaligus ingin menunjukkan pada mereka yang masih ragu untuk berhijab, bahwa kita masih bisa tampil modis sekaligus modest tanpa harus menabrak aturan Islam.
F: Tidak ingin membuat label sendiri?
FA: Peluang bisnis di modest fashion memang terbuka lebar. Namun untuk memiliki brand sendiri, saat ini masih sebatas mimpi. Masih banyak sekali yang harus saya pelajari. Dalam kolaborasi bersama L.tru ini, saya belajar banyak tentang dunia fesyen. Mas Arie justru sudah lebih dulu menjalankan brand AKU.
F: Ada rencana terdekat untuk kegiatan keislaman?
FA: Ada beberapa program yang akan kami garap bersama. Mas Arie insya Allah akan menggelar event yang cukup besar pada November 2018 di JCC. Semacam Festival Islami, berisi pengajian, fesyen, dan kuliner. Acara ini menggandeng komunitas muslim yang ada di Indonesia. Doakan, mudah-mudahan berjalan lancar.
KOMENTAR ANDA