UNTUK bisa hamil, selain ihwal medis dan kondisi tubuh, ada aspek psikologis yang tak kalah penting untuk diperhatikan.
Memiliki buah hati mer upakan dambaan setiap pasangan suami istri. Namun, tatkala mereka belum juga dikaruniai momongan setelah sekian bulan hingga tahun menikah, timbullah kecemasan. Tidak banyak orang menyadari bahwa dari sekian faktor yang menyebabkan sulit hamil adalah kecemasan yang berlebihan.
Selain hal medis, ilmiah, hingga kondisi tubuh, aspek psikologi juga perlu mendapat perhatian khusus dalam kaitannya dengan keberhasilan kehamilan. Itulah mengapa sangat penting mengajak serta pasangan untuk konseling atau edukasi bersama, karena memiliki anak merupakan hasil kerjasama antara suami istri. Psikolog dari RSIA SamMarie Basra, Hana Talitha, S.Psi., M.Psi, Psikolog menjabarkan keterkaitan kecemasan sebagai perintang dalam memiliki buah hati.
Kecemasan Berlarut Yang Merugikan
Cemas dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketika seseorang merasa tegang, gelisah, atau takut menyikapi suatu situasi (meskipun belum terjadi). Sebenarnya, perasaan cemas itu berfungsi sebagai pemberi peringatan akan bahaya. Setelah itu barulah tubuh kita merespons apakah akan fight (melawan), flight (menjauhi bahaya), atau freeze (berdiam diri).
Kecemasan bisa menjadi suatu masalah apabila muncul terlalu sering, dalam jangka waktu panjang, atau tidak dapat dikendalikan (Craske dan Barlow 2006). Kecemasan yang berlarut tersebut menghasilkan dampak fisik dan psikis seperti kesulitan tidur, kelelahan, otot (bahu, leher, dan kepala) tegang, mudah tersinggung, konsentrasi menurun yang dapat mempengaruhi performa dan produktivitas, juga ketidakstabilan hormon (datang bulan tidak teratur).
Tak hanya itu, kecemasan juga menyebabkan dampak kognitif seperti selalu dihantui pikiran-pikiran negatif, overthinking, pikiran bercabang, mudah berpindah-pindah, dan sulit fokus, juga sulit mencari solusi efektif saat menghadapi sebuah masalah.
Hana Talitha Rahma menganalogikan derajat cemas yang tinggi bagaikan mengemudi mobil dengan kondisi berkabut. Pengemudi tidak dapat mengetahui jalan lurus, belok kanan, atau belok kiri. Tidak fokus menyetir dan diliputi ketakutan dalam mengambil suatu keputusan.
Untuk orang-orang yang pada saat itu merasa netral, tidak mengalami kecemasan, maka ketika menghadapi suatu masalah dia akan tenang lalu bertindak menghadapi masalah tersebut (masalahàtenangàfight). Namun, untuk orang-orang yang merasa cemas berlebihan, ketika menghadapi suatu masalah dia akan ragu-ragu dalam bertindak atau melangkah, bahkan seringkali ingin lari dari masalah atau diam saja (masalahàcemasàflight/freeze).
Kecemasan VS Keintiman Suami Istri
Kecemasan sangat berdampak dalam komunikasi pasangan suami istri. Biasanya perempuan yang cemas akan mengutarakan perasaannya dengan emosional dan terus menerus. Ia kemudian akan menyalahkan diri sendiri, merasa bersalah, mulai mempertanyakan identitas feminitasnya, tidak percaya diri, serta cepat tersinggung. Biasanya ia akan menghindari kontak dengan keluarga, teman, atau pasangan terkait isu hamil.
Di sisi lain, laki-laki justru menghindari mengutarakan perasaannya dan cenderung mengabaikan. Ia kemudian menyalahkan diri sendiri, merasa bersalah, mulai mempertanyakan identitas maskulinnya, tidak percaya diri, juga mudah tersinggung. Ia juga akan menghindari kontak dengan keluarga, teman, atau pasangan terkait isu hamil.
Kecemasan juga sangat berdampak dalam hubungan seksual suami istri. Perempuan yang cemas akan mengalami vaginismus, yaitu otot vagina menegang dengan sendirinya saat penetrasi penis. Vagina akan terasa perih hingga menimbulkan rasa sakit saat bersenggama, yang akan menyebabkan ketidakpuasan dan hubungan pasutri kurang harmonis. Ia selalu takut kesakitan saat melakukan hubungan hingga hubungan seksual bukanlah aktivitas yang dapat dinikmati.
Sementara pada laki-laki, kecemasan yang berlarut akan menyebabkan disfungsi ereksi atau gangguan ereksi, yaitu ketidakmampuan untuk memulai ereksi atau mempertahankan ereksi. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan tidak berharga karena laki-laki merasa tidak mempunyai kontrol, menjadi individu yang pasif, tidak percaya diri. Kemudian akan menimbulkan rasa ketidakpuasan, hubungan pasutri kurang harmonis, dan takut saat melakukan hubungan seksual.
Bagaimana Mengatasi Kecemasan?
Untuk mengatasi kecemasan agar tidak berlarut, Hana Talitha Rahma menyebut 4 (empat) langkah.
Pertama, kenali terlebih dahulu sumber kecemasan dan perasaan yang menyertainya. Misalnya, saya cemas karena belum memiliki anak, saya cemas karena merasa tidak dihargai, dan lain sebagainya.
Kedua, saat derajat kecemasan mulai meningkat, tenangkan diri dengan relaksasi, menjaga pernapasan agar detak jantung berdetak normal.
Ketiga, mengubah fokus. Untuk perempuan, jangan melulu bermain dengan perasaan tetapi sekali-kali bermain dengan logika. Caranya, datang ke seminar-seminar atau konsultasi dengan dokter, dan lakukan semua treatment yang disarankan secara keseluruhan dan konsisten.
Keempat, perbanyak informasi dengan cara banyak membaca buku atau melalui media sosial. Kemudian, meminta dukungan dari pasangan, orangtua, mertua, maupun teman-teman sebaya.
Jadilah Tangguh!
Biasanya perempuan memang lebih mudah cemas ketimbang laki-laki. Namun, semua itu bisa ditanggulangi dengan tidak perlu membesar-besarkan masalah yang sudah ada, dan jangan menjadikan pasangan kita (baik suami atau istri) sebagai kambing hitam. Karena bagaimanapun juga, saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk lebih memperjelas kondisi yang dialami, pemeriksaan harus dilakukan berdua, dari hulu ke hilir, secara komprehensif. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui sumber permasalahan dan dicari solusinya, sehingga tujuan untuk memiliki anak dapat tercapai.
KOMENTAR ANDA