F: Apa pendapat Ibu tentang Undang-Undang yang berlaku di Indonesia?
ER: Menurut saya, Undang-Undang kita belum mengandung cahaya Islam. Kenapa begitu susah menelurkan suatu produk UU yang dapat menyejahterakan masyarakat, baik secara spiritual maupun jasmani. Karena dalam kepemimpinan Islam, ada empat hal yang harus dilakukan oleh pemerintah, yaitu: pendidikan, kesehatan, sandang-pangan, dan rasa aman, itu semua hak masyarakat yang dijamin oleh pemerintah.
Keluarga, Pilar Terkuat
F: Seperti apa bentuk dukungan suami?
ER: Bapaklah yang meminta saya maju ke panggung politik. Beliau melihat saya sudah nyaman dengan dakwah, sudah merasa dunia saya di situ. Awalnya saya sangat tidak respect dengan dunia politik. Saya mau mengatakan bahwa masuknya saya ke politik adalah takdir yang sudah digariskan karena memang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dan, setelah saya jalani, ternyata tidak terlalu sulit. Yang penting kita tidak berniat macam-macam. Saya turun ke masyarakat dan mengajak mereka untuk jangan sampai memilih karena uang atau intimidasi, dan jangan sampai tidak memilih (golput).
F: Bagaimana cara membagi waktu untuk keluarga?
ER: Alhamdulillah ketiga anak saya sudah besar. Anak saya yang paling kecil sudah kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Jadi mereka sudah memiliki kesibukan masing-masing. Saya bismillah saja, menitipkan anak-anak dan suami kepada Allah jika sekiranya nanti harus tinggal lebih banyak di Jakarta. Yang terpenting komunikasi harus tetap berjalan. Dan karena suami saya yang paling ridha dengan aktivitas saya, inilah yang memudahkan langkah saya. Saya juga punya tim yang membantu. Kerjasama tim yang membuat semua berjalan dengan baik.
F: Apa yang menjadi motivasi Ibu masuk ke dunia politik?
ER: Ketika saya diminta maju ke panggung politik, saya harus siap. Dan ketika saya siap, saya harus berusaha maksimal. Ini menjadi cara untuk berjihad di jalan Allah. Karena jihad yang terpenting adalah bagaimana mengalahkan hawa nafsu. Artinya, kita harus dapat menaklukkan diri sendiri lebih dulu sebelum bisa membuat orang mengikuti kita. Dengan begitu, hubungan dengan sesama manusia akan menjadi baik karena kita selalu mendoakan dan memaafkan kesalahan orang lain.
Syiar Melalui Fesyen
F: Apa yang mendasari Ibu juga terjun ke dunia fesyen?
ER: Alhamdulillah, Allah Swt. mengamanahkan saya beberapa hal yang harus saya kerjakan secara maksimal. Tidak hanya berdakwah lewat lisan saja, beberapa tahun terakhir berdakwah dengan tulisan, dan juga berdakwah lewat fesyen, bagaimana saya berusaha memperkenalkan busana muslim yang tetap elegan, menutup aurat tetapi tetap enak dipandang, itu yang saya sedang usahakan, meskipun saya belum intens dan fokus ke arah sana, tetapi melihat teman-teman disainer yang lain sudah membuat itu, saya senang.
F: Di tahun 2019 ini, budaya mana yang diangkat dalam rancangan Ibu?
ER: Busana yang saya bawakan “Busana Toraja Mellong” ini sebelumnya pernah tampil di Sulawesi Parepare Islamic Fashion Week yang dilaksanakan di monumen Habibie Ainun awal Maret 2019. Tenun Tana Toraja saya kombinasikan dengan bahan Chanel yang diberi aplikasi kerang-kerang hasil kerajinan tangan asli pinggir laut Parepare. Untuk harga tenun Tator bervariasi mulai dari harga Rp. 200 ribu-an hingga jutaan per lembar, tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang digunakan.
F: Apa yang menjadi ciri khas rancangan Ibu?
ER: Ciri khas saya tetap satu, yaitu busana syar’i. Niat awal saya menjadi perancang karena saya ingin sekali melihat perempuan-perempuan berpakaian syar’i sekaligus tetap bisa tampil modis, elegan, dan, enak dipandang. Syar’i itu sebetulnya tidak harus memakai jilbab panjang. Yang penting longgar, tidak tipis, dan tidak membentuk tubuh. Banyak keuntungan dengan menggunakan pakaian syar’i. Serba simple, termasuk tidak perlu memakai mukena lagi jika mau shalat.
F: Menurut Ibu, Kartini zaman sekarang itu seperti apa?
ER: Bagi saya, tidak ada salahnya sekali-kali kita mengangkat Siti Khadijah. Bukan berarti saya tidak menghargai jasa Kartini, namun menurut saya, seharusnya lebih membumi itu Siti Khadijah. Kita sebagai umat muslim terbesar di dunia, wajib bangga dan meneladani Ummul Mukminin ini. Selain itu, kita juga harus belajar dari Ratu Balqis, beliau adalah seorang pemimpin yang luar biasa, cantik, cerdas, kaya, dan berkuasa, namun tetap rendah hati, tidak sombong dan mau mendengarkan pendapat rakyatnya. Jadi intinya, kita sebagai perempuan pasti bisa, karena sudah banyak contohnya.
KOMENTAR ANDA