DI Galeri Museum Brunei Darussalam di tengah kota Bandar Seri Begawan terpampang sebuah poster memuat teks sebuah Hadis.
Menurut Hadis Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang diriwayatkan Ibnu An-Najar dari Abi Huarihah menyebutkan “Sultan adalah payung Allah di bumi ini sebagai tempat bernaung orang-orang lemah, memberi pertolongan terhadap orang-orang teraniaya. Barang siapa memuliakan Sultan di dunia ini, maka Allah akan memuliakannya pada Hari Kiamat.”
Kesehatan
Tampaknya taxi-driver merangkap pemandu kami selama berada di Brunei, Hashim Allyudin benar-benar menghayati makna luhur di dalam Hadis tersebut.
Sebagai warga Brunei, Hashim secara tulus sangat menghormati Sri Sultan Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah.
Sultan Brunei memang layak dihormati rakyatnya berkat benar-benar berupaya untuk berperan sebagai payung Allah di Brunei sebagai tempat bernaung orang-orang lemah serta memberi pertolongan terhadap orang-orang teraniaya.
Sultan Hassanal Bolkiah berupaya mewujudkan makna adiluuhur yang terkandung di dalam sila Kemanusiaan Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Brunei menjadi kenyataan.
Hashim memberikan kesaksian betapa dia dan isteri dan kedua puterinya memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis kecuali setiap kali membutuhkan perawatan kesehatan membayar biaya administratif kepada sang dokter sebesar 1 dolar Brunei yang setara dengan 10.000 rupiah. Seluruh biaya perawatan bagi seluruh rakyat Brunei ditanggung oleh kesultanan Brunei Darussalam.
Pendidikan
Dua puteri Hashim menempuh pendidikan di Brunei tanpa harus membayar sepeser pun untuk apa yang disebut sebagai uang sekolah, uang bangku, uang buku, uang gedung, uang seragam, uang studi wisata, atau uang apa pun.
Bahkan putri sulung Hashim sudah menyelesaikan studi petroleum engineering di Sydney, Australia atas dukungan bea siswa penuh dari kesultanaan Brunei Darussalam.
Putri bungsu Hashim sedang menempuh studi chemical engineering di perguruan tinggi setempat tanpa harus membayar sesen pun biaya pendidikan yang seluruhnya dipikul oleh kesultanan Brunei Darussalam.
Perumahan
Sebagai warga Brunei, Hashim memperoleh fasilitas perumahan sangat memadai di Kuala Beruang sebagai kawasan suburb kota Bandar Seri Begawan yang pada tahun 2019 dinobatkan sebagai The Capital of Islamic Culture untuk Wilayah Asia oleh organisasi pendidikan dan kebudayaan Islam sedunia.
Sebagai seorang taxi driver sambil secara sampingan merangkap pemandu wisata, Hashim berhasil memiliki sebuah rumah dua tingkat lengkap dengan lahan kebun dan garasi tanpa DP dengan pinjaman tanpa bunga alias riba yang dapat dicicil selama 30 tahun.
Hashim memiliki 3 mobil masing-masing untuk isterinya, puteri sulungnya dan dirinya sendiri sebagai sarana mencari nafkah. Bahkan akibat seluruh kebutuhan pendidikan, kesehatan dan perumahan sudah dipenuhi pemerintah maka Hashim juga punya kelebihan dana cukup untuk membeli sebuah moge merek Suzuki dan dua bag peralatan golf demi memuaskan hobby pribadinya di waktu senggang.
Di waktu liburan, Hashim gemar bertamasya sampai ke Pontianak dan Bali. Liburan mendatang, Hasyim rencana ngelencer ke Bandung.
Jakarta sengaja dihindari demi tidak terjebak macet yang tidak pernah terjadi di Bandar Seri Begawan.
Tidak Sempurna
Tiada kesempurnaan di alam semesta ini. Maka kebahagiaan Hashim juga tidak sempurna.
Sebagai seorang penggemar rokok, Hashim merasa sangat tidak bahagia hidup di sebuah negeri yang secara resmi total melarang perokok merokok di tempat umum. Tidak ada penjual rokok di Brunei Darussalam.
Hashim terpaksa membeli rokok di pasar gelap dengan harga bukan alang kepalang muahual. Jika ingin merokok, Hashim tidak berani melakukannya di dalam kota Bandar Seri Begawan bahkan di dalam rumahnya sendiri karena harus menghadapi protes, omelan dan cemooh isteri dan kedua putrinya yang radikal anti rokok!
Ketika memandu kami sampai ke pelosok desa Lamunin (di mana kita mampir di sebuah warung makan dengan koki dan seluruh pelayan berasal dari Jawa Timur) di dekat danau Tasek Marimbun serta bertamu ke gubuk warga Dayak Iban di pedalaman Kuala Ungar, Hashim juga sangat menderita sebab tidak bisa leluasa merokok di hadapan kita.
Setiap kali usai makan siang dan malam bersama, selalu Hashim menyelinap hilang.
KOMENTAR ANDA