KOMENTAR

Apalagi kemudian diketahui: Meili adalah alumnus universitas terkemuka di Boston: Wellesley College Boston. Yang dianggap setara dengan MIT.

Dan Meili adalah lulusan terbaik keempat di sana. Selama 10 tahun terakhir.

Meili mengambil bidang keuangan. Gelar masternya diperoleh dari Yale University. Juga salah satu yang terbaik di dunia. Lalu masih mencari gelar MBA lagi di Yale School of Management. Saat itu gelar MBA memang lagi banyak diburu para eksekutif.

Meili adalah putri seorang eksekutif di perusahaan listrik di Pittsburgh. Ibunya aktivis pendidikan.

Baru dua tahun Meili tinggal di New York. Sejak mendapat gelar MBA itu. Untuk bekerja di perusahaan keuangan terkemuka dunia: Solomon Brothers.

Lengkaplah drama ini: gadis cantik, cerdas, diperkosa, dibunuh dan... tidak kunjung ditemukan siapa pelakunya.

Sampai dua minggu kemudian Meili masih tetap koma. Lalu diadakanlah last rites. Sembahyang untuk mengantarkan sukmanya menemui sang Bapa di surga.

Pemberitaan di media luar biasa. Terbesar dalam sejarah peristiwa kriminalitas di New York. Semua itu membuat polisi harus bekerja lebih keras.

Apalagi saat itu serba sensitif di New York. Kriminalitas amat tinggi. Isu ras, golongan, perbedaan kelas, dan ekonomi sangat menonjol.

Akhirnya Polisi terbantu oleh korban selain Meili. Ternyata banyak laporan masuk malam itu. Ada yang dirampas uangnya. Ada yang dipukul. Ada taksi yang dilempari batu. Ada yang direbut minuman kerasnya. Dan ada seorang guru yang dihajar sampai pingsan.

Setelah siuman, kata guru itu pada polisi, ia ingat para pelakunya. Para remaja. Dalam jumlah yang banyak.

Dari situlah mulai dilakukan sejumlah penangkapan. Begitu muda para remaja itu. Semua dari kawasan East Harlem. Tidak jauh dari Central Park. Sebagian berkulit hitam. Sebagian remaja Hispanic.

Masyarakat kegitu geram pada mereka.

Donald Trump memasang iklan satu halaman penuh. Di sebuah koran lokal di New York. Isinya: kembalikan hukuman mati. Artinya, ia minta pelaku Central Park itu dihukum mati.

Dari puluhan remaja yang diperiksa sebagian dilepaskan. Yang sembilan orang diproses sampai ke pengadilan.

Dari sembilan orang itu ada 'kelompok empat' dan 'kelompok lima'. Tuduhannya banyak. Mulai dari mengganggu, memukul, menyiksa, mencuri, merampas sampai merampok. Satu kelompok ditambah dengan pembunuhan. Satu kelompok lagi ditambah dengan pemerkosaan.

Ada yang mengaku duluan -- tapi bukan di pembunuhan dan pemerkosaan. Agar mendapat keringanan hukuman. Ada yang tetap tidak mau mengaku. Bahkan ada yang mencabut pengakuan mereka pada polisi.

Mereka yang mengaku itu memang mendapat keringanan. Dihukum antara 5 sampai 10 tahun.

Tapi ada yang dihukum 15 tahun.

Satu orang dihukum seumur hidup. Yakni orang yang lain sama sekali. Juga bukan remaja. Ia ditangkap sangat belakangan. Saat para remaja itu sudah di dalam penjara.

Ia mengaku: ialah yang melakukan pemerkosaan itu.

Begitu ruwet pengadilan itu. Masalahnya tidak ditemukan bukti. Sperma yang tercecer juga tidak ada hubungan dengan remaja itu. Dan akhirnya diakui oleh yang ditangkap belakangan tadi.

Tidak ditemukan juga DNA para remaja itu dengan DNA yang ditemukan di lapangan.

Belakangan para remaja itu menggugat. Merasa dipaksa untuk diadili. Dengan tuduhan yang lebih berat dari yang mereka lakukan.

Gugatan mereka dikabulkan pengadilan. Sampai ke tingkat final. Pemda Kota New York harus memberikan ganti rugi. Dalam jumlah besar: Rp 70 miliar. Mereka masih menggugat pemerintah negara bagian New York. Berhasil pula. Harus membayar Rp 50 miliar.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway