Saat itu ada yang meramalkan begini: begitu pro-Brexit menang ekonomi Inggris akan langsung krisis. Lebih berat dari krisis tahun 2008.
Nyatanya baik-baik saja. Dua tahun terakhir ekonomi Inggris tetap tumbuh. Bahkan lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata anggota UE.
Jelasnya kita lihat seminggu lagi.
Inggris pernah menyadari perlunya menyatu dengan Eropa. Sejak zaman Churchill dulu. Dalam menghadapi Hitler dulu.
Churchill pernah mengusahakan sungguh-sungguh: agar Prancis dan Inggris menjadi satu negara. Bahkan sebaiknya seluruh Eropa jadi satu negara. Ide dasarnya: agar setara dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Waktu itu belum tampak tanda-tanda Tiongkok bisa keluar dari kemiskinan akutnya.
Ide itu menjadi kenyataan. Hampir 50 tahun lalu. Inggris dan seluruh Eropa bersatu dalam Uni Eropa. Tanpa visa. Tanpa tarif. Tanpa batas. Orang Inggris tidak ditanya akan ke mana. Untuk berapa lama. Di seluruh Uni Eropa.
Tahun lalu 55 juta kali keberangkatan orang Inggris ke Eropa. Dengan bebasnya. Yang mulai Halloween depan harus menggunakan prosedur baru. Yang belum juga jelas seperti apa prosedur itu.
Belum banyak reaksi dari para pemimpin Eropa. Sebagian masih cuek-bebek. Masih beranggapan koar-koar Boris Johnson itu hanya untuk konsumsi dalam negeri. Untuk memperkuat posisi politiknya.
Tapi siapa tahu beneran: do or die. Akan terlaksana.
Dulu kan juga begitu. Ketika Trump galak di masa kampanye. Banyak yang mengira Trump akan realistis --setelah terpilih. Nyatanya tetap nge-Trump.
Apalagi luasan wilayahnya. Kecil sekali. Lebih-lebih kalau Skotlandia keluar dari Inggris Raya. Yang jelas menjadikan Inggris kembali yang terkuat di dunia berlebihan. Ekonomi Inggris hanya 22 persen ekonomi UE. Hanya 20 persen ekonomi USA. Hanya separuh ekonomi Tiongkok.
Belum lagi sumber dayanya. Minim sekali.
Inggris memang pernah menjadi yang terkuat di dunia: 300 tahun lalu. Tepatnya saya tidak tahu --saya belum lahir saat itu.
KOMENTAR ANDA