Di tingkat nasional di Manado Claudia masuk enam besar.
Sang ibu juga mendaftarkan putrinya ke program Mamamia di Indosiar. Waktu itu Indosiar belum punya Dangdut Academy.
Di Mamamia itu Claudia tidak juara. Hanya masuk 20 besar. Tapi dia mendapat pelajaran berharga. Beda dengan lomba di sekolah, di Mamamia dewan juri memberikan kritik dan komentar. Kadang sangat pedas.
Misalnya kritik dari penyanyi dangdut Syaiful Jamil. Sangat keras. Bahkan terlalu keras. Tapi Claudia menganggapnya itu cambukan.
Claudia pun lulus SMA. Dia ingin sekolah di Jerman. Pikiran ayahnya memang sangat 'internasional'. Pekerjaan sang ayah --Indra Gunawan Santoso-- keliling dunia. Ia menjadi pelaut kapal internasional.
Apalagi Claudia punya famili juga di Jerman.
Dengan demikian 'impian Jerman' memang sudah hidup sejak Claudia masih anak-anak. Impian itu pun jadi kenyataan. Dia berangkat ke sana. Setelah setahun terakhir harus mondar-mandir Cirebon-Bandung: kursus bahasa Jerman di Gothe Institute.
Sampai di Jerman, sambil menunggu penerimaan mahasiswa baru, Claudia mendaftar ikut The Voice of Germany. Dia tahu orang asing boleh ikut.
Juara dua tahun lalu, misalnya, adalah anak dari Georgia, Eropa Timur.
Claudia juga tahu: yang ikut audisi hampir 2.000 orang.
Dia terpilih masuk babak naik panggung.
Di babak ini posisi dewan juri tidak menghadap ke penyanyi. Juri hanya mendengarkan suara. Juri baru melihat penyanyi bila suara peserta sangat memikat. Dengan cara memutar kursi.
Waktu itu Claudia menyanyikan 'Never Enough'-nya Loren Allred. Saya menonton videonya dua hari kemudian.
Saya lihat di video itu Claudia masih terasa sangat remaja. Badannya kurus tapi cukup tinggi. Rambutnya yang lurus dibiarkan panjang. Mencapai pinggang belakangnya. Giginya diberi anyaman kawat --dibehel. Sosoknya sangat kuat sebagai remaja Asia. Dia memang remaja Indonesia keturunan Tionghoa Cirebon.
Untung dewan juri hanya "melihat" suara Claudia. Kalau saja melihat sosok Claudia --yang sangat Asia itu-- jangan-jangan juri bersikap subyektif.
Saat itu Claudia belum separo menyanyikan lagu 'Never Enough' tadi seorang juri sudah membalikkan kursi. Juri itu bernama Rea Garvey.
Juri lain pun segera menyusul.
Gempar.
Claudia mulai menarik perhatian publik berbahasa Jerman.
Tapi saat Claudia dinyatakan lolos ke babak berikutnya bukan Garvey yang dia pilih sebagai mentor.
Semua peserta memang harus memilih sendiri siapa mentor masing-masing. Sang mentorlah yang akan membimbing peserta. Agar penampilan mereka terus meningkat.
Claudia ternyata memilih satu-satunya juri wanita sebagai mentornya. Dia adalah Alice Merton. Penyanyi Jerman yang juga warga negara Kanada. Umurnya baru 26 tahun. Albumnya sudah banyak yang sukses.
Di tangan Alice-lah Claudia merasa pas.
"Sebenarnya saya sempat bingung. Pilih siapa ya," ujar Claudia pada Yuda Sanjaya, redaktur Radar Cirebon. Yuda memang sering mewawancari Claudia lewat WA-nya.
"Sebenarnya ada juri yang sudah saya kenal. Yakni Mark Foster. Tapi akhirnya saya pilih Alice," tambah Claudia.
Akhirnya di The Voice of Germany ini tidak hanya peserta yang berlomba. Tapi juga mentor mereka.
Alice tampak begitu bahagia ketika anak asuhnya menjadi juara. Saya ikut berlinang melihat videonya.
Sebenarnya tidak hanya Claudia yang memilih Alice sebagai mentor. Ternyata ada 16 peserta yang memilih Alice. Bahkan yang memilih Mark 24 orang. Sedang yang memilih Rea 19 peserta. Yang 15 orang lagi memilih Sido.
KOMENTAR ANDA