Dahlan Iskan/Net
Dahlan Iskan/Net
KOMENTAR

"Dipegang saja bukan main sakitnya. Apalagi harus dibebat kencang. Menderita sekali," ujar Maulina.

Bebat itu pun dibuka. Maulina tidak kuat lagi. Enam hari dia di rumah sakit. Bentuk bagian perutnyi lebih rusak lagi. Seperti jalan rusak. "Ada bentuk seperti mangkok di pusar saya," katanyi.

Maulina wanita cerdas. Dia pelajari banyak sekali bahan terkait obesitasnya.

Akhirnya dia tahu jalan yang benar: harus lebih bersabar. Jangan terlalu dipaksa. Tapi konsisten. Tidak ada jalan pintas di bidang itu.

Maulina mencari trainer yang seperti itu.

Ketemu.

Sang trainer tiga kali seminggu datang ke rumah Maulina. Di Sutorejo, Surabaya timur. Yang diajarkan pun sangat ringan: hanya mengangkat tangan. Sambil duduk.

Gerakan pertamanya sangat berat. Tapi dia suka. Tidak dipaksakan. Sekuatnya saja.

Kian lama kemampuan mengangkat tangannyi bertambah. Kian ringan. Kiat cepat.

Barulah ditambah gerakan-gerakan lain. Yang juga dimulai dari sangat ringan.

Maulina melakukannya dengan senang. Apalagi dia bisa merasakan ada kemajuan. Biar pun kemajuan kecil. Misalnya jumlah angkat tangannyi bertambah.

Kemajuan kecil menggeret kemajuan besar. Begitulah hukumnya.

Kemajuan yang paling membahagiakannya adalah ketika Maulina bisa mengikat tali sepatu. Bagi orang lain ikat sepatu mungkin barang sepele. Bagi Maulina itu tambahan motivasi yang sangat besar.

Apalagi ketika akhirnya bisa salat. Dan bisa memotong kuku kakinyi. Bukan main termotivasinyi.

Kini Maulina sudah berkibar. Sudah merasa sangat langsing. Sudah berani memejeng-mejengkan badannya: nih sudah langsing.

Dan itu masih 92 kg. Sudah turun sebanyak 63 kg dari puncaknya.

Olahraga itu bukan hanya membuat berat badannya susut. Ototnya pun terbentuk. Memang Maulina masih gemuk  untuk ukuran orang langsing, tapi gemuknya saat ini gemuk berisi. Dan lincah.

Maulina sekarang sudah bisa push-up. Bisa burpee. Juga sudah bisa loncat katak, dari duduk langsung loncat.

Ketika sudah sampai tahap loncat, awalnya Maulina hanya bisa meloncat sekali. Itu pun posisi kakinyi belum terlihat meninggalkan tanah.

Lama-lama dia bisa meloncat dengan benar. Sekali. Lain hari dua kali. Tiga kali. Terus bertambah.

Mula-mula jarak loncatan satu dengan berikutnya lama. Lalu kian cepat. Jumlah loncatannya bertambah. Kecepatannya naik.

Kini Maulina bisa meloncat katak 100 kali dalam 50 menit. Itulah rekor barunya. Yang masih akan dia pecahkan lagi.

Dan Maulina sudah bisa tidur secara normal. Satu kebahagiaan yang lain lagi.

Tentu Maulina juga mengatur makanan. Tapi tidak ada yang memaksa. Dia tahu: berapa kebutuhan kalori tubuhnya. Dia atur sendiri.

Kini Maulina makan apa saja. Tapi dia tahu kapan harus makan apa. Dan seberapa banyak.

Kalau pagi sudah makan x misalnya, siang akan makan y dan malam z. Dalam jumlah yang dia atur.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway