Carlos Ghosn dan istrinya Carole/Net
Carlos Ghosn dan istrinya Carole/Net
KOMENTAR

Ghosn juga ditanya soal Greg Kelly. Anak buahnya di Nissan dulu. Orang Amerika. Yang masih ditahan di Jepang.

Ia memuji-muji Greg. Amerika, katanya, harus menolongnya.

Rasanya belum semua kartu dibuka oleh Ghosn. Tuduhannya bahwa pemeriksa diperalat Nissan dan pemerintah Jepang belum ia ungkap. Ia masih terlihat main tai chi. Belum semua jurus dikeluarkan.

Yang Ghosn tidak bisa mengerti adalah mengapa dirinya disingkirkan dari Nissan. Padahal ialah yang menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan.

Ia merasa telah dikudeta. Oleh manajemen baru Nissan yang dulu anak buahnya.

"Coba bayangkan," katanya, "Penyelewengan yang dituduh kan kepada saya itu sekitar Rp 200 miliar. Tapi biaya yang yang dikeluarkan untuk mendepak saya ini Rp 2 triliun."

Belum lagi, katanya, setelah ia tidak di Nissan kondisi perusahaan merosot terus. Nilai kemerosotannya puluhan triliun. Laba operasi Nissan tahun lalu hancur lebur. Turun lebih 90 persen.

CEO yang menggantikannya itu pun diberhentikan. Bukan saja karena kondisi perusahaan memburuk. Juga karena Saikawa dituduh melakukan penyelewengan keuangan. Yakni memberikan bonus terlalu besar bagi manajemen Nissan --termasuk dirinya.

"Mengapa Saikawa tidak ditahan seperti saya," ujar Ghosn.

Yang kini Ghosn merasa senang adalah jelas: bisa berkumpul kembali dengan isterinya. Pun bisa berhubungan dengan keempat anaknya --dari istri yang dulu.

Dan yang lebih penting ia bisa berhubungan dengan dunia luar --terutama media.

Seusai konferensi pers itu Ghosn memberikan wawancara khusus dengan New York Time.

Lebanon memang tidak punya hubungan diplomatik dengan Jepang. Tapi Lebanon sudah menandatangani pakta antikorupsi dunia.

Ghosn tahu itu. Maka ia tidak keberatan diadili. Tapi ia minta peradilan itu harus di negara yang bisa fair. Ia pilih Lebanon.

"Jepang bisa bekerja sama dengan Lebanon untuk tetap mengadili saya," katanya.

Beirut adalah kampungnya --meski ia lahir di Brasil. Bapak-ibunya asli Lebanon. Sang bapak mengirim Ghosn kecil tumbuh di Lebanon --sebelum sekolah SMA di Prancis sampai tamat politeknik di sana.

Yang tidak disangka-sangka kemarin adalah: Ghosn ternyata mau melayani pertanyaan para wartawan. Sampai satu jam lebih.

Padahal semula dikira ia hanya bicara untuk kemudian meninggalkan ruangan.

"Kalian bisa bertanya apa saja. Pakai bahasa apa saja. Akan saya jawab. Inggris, Perancis, Arab, pun bahasa (wartawan tepuk tangan) Portugis," ujar Ghosn di awal acara.

Di dunia industri mobil Ghosn memang seperti Kaisar. Mana ada orang menjabat CEO tiga raksasa mobil dunia sekaligus: Renault, Nissan dan Mitsubishi.

Ia pun menduga Jepang tidak suka atas dominasi Prancis di perusahaan Jepang.

Sang Kaisar baru saja terjerembab. Ia lagi melakukan perjuangan keluar dari kubangan. Dengan penuh risiko. Penuh drama.

Mengapa risiko itu ia tempuh?

"Pilihannya mudah," katanya. "Anda harus mati di Jepang atau melarikan diri," tambahnya.

Tapi tidak semua orang bisa seperti ia. Keadilan hukum ternyata bisa diperoleh melalui ketidak adilan ekonomi.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway