Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

Sebanyak 5.000 dokter baru, 15.000 perawat diperbantukan ke Wuhan. Peralatan dikerahkan total. Hampir semua orang Wuhan diperiksa.

Petugas lebih proaktif ke penduduk. Melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah.

Kalau Wuhan teratasi hampir berarti semua persoalan seperti selesai.

"Kalau minggu lalu ketakutan saya pada level 5, hari ini di level 3," ujar teman Beijing saya tadi malam.

Memang menyusul problem pasokan. Harga bahan makanan naik 30 persen. Pun di Singapura.

Apalagi masker. Impor masker sampai dilakukan dari seluruh dunia.

Juga dari Indonesia. Seorang teman saya yang menangani kargo internasional mengatakan itu. Tiap hari sekitar 2 sampai 3 ton masker made in Indonesia dikirim ke Tiongkok. Lewat bandara Bangkok. Yang masih memiliki jalur penerbangan cargo ke sana.

Pun sampai harga masker di dalam negeri naik drastis.

Meski ada trend membaik, kewaspadaan terhadap virus tetap tinggi.

Provinsi Guangdong, yang ibukotanya Guangzhou, mengesankan Perda baru: situasi sekarang ini dianggap sudah dalam keadaan darurat perang. Yakni perang melawan virus.

Menurut Perda baru itu pemerintah berhak mengambil alih hak milik swasta. Rumah sakit swasta, apartemen, pabrik-pabrik bisa diambil sementara. Untuk keperluan penanganan korban virus.

Pemerintah bisa memaksa pabrik untuk memproduksi apa pun yang terkait virus. Misalnya memproduksi masker, alat suntik, infus dan seterusnya.

Sampai kemarin teman-teman saya yang di Beijing masih belum berani berkantor. Masih bekerja di rumah.

Sebenarnya sejak Senin kemarin kantor harusnya sudah buka. Liburan tahun baru sudah berakhir. Tapi pemerintah menambah libur itu satu minggu lagi.

Bagi yang buka kantor boleh. Tapi harus melapor berapa yang masuk kerja hari itu. Berapa lama berkantor. Berikut identitas lengkapnya.

Sejak Cap Go Meh lalu Beijing sudah tidak salju lagi. Tapi udara masih sangat dingin. Tadi malam masih 3 derajat celsius.

Kereta cepat masih beroperasi tapi jumlahnya dikurangi. Kereta jurusan Beijing-Guangzhou misalnya, masih tidak berhenti di Kota Wuhan. Yang letaknya persis di pertengahan.

Teman saya di Kota Nanchang, tetangga propinsi Hubei, sudah ada yang masuk kantor. Dengan memakai masker. Dan menjaga jarak dengan karyawan lain: harus lebih 1 meter.

Sampai di sini kita masih belum melihat peranan IT, AI, face regocnition yang nyata dalam ikut mengatasi wabah ini.

Sebenarnya agak ironi. Gegap gempita Tiongkok di bidang itu ternyata belum bisa banyak bicara di saat sangat diperlukan.

Wabah ini telah sekali lagi menegur keteledoran manusia. Tapi wabah tetaplah wabah. Bisa terjadi di mana saja. Bisa pula berupa gempa.

Karena itu WHO memutuskan untuk secara resmi memberi nama baru virus Wuhan ini: Coved-19-.

Agar jangan sampai nama Wuhan menjadi korban. Demikian juga etnis tertentu.

Wabah, gempa, stunami bisa di sekitar kita.

Wabah bukanlah Brompton, HD, oplas dan sebangsanya. Yang dengan cepat bisa hilang menguap seketika.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway