Berita dari Malaysia itu menyebar bagai petir. Mata dunia pun beralih ke Kamboja. Ke kapal Westerdam yang masih sandar di sana.
Para penumpang yang masih di Kamboja dilanda kepanikan. Mereka membayangkan apa yang terjadi di Diamond Princess. Bahkan mereka yang sudah menyebar ke seluruh dunia ikut panik. Jangan-jangan sudah sempat tertular.
Sebagian penumpang itu pulang lewat Singapura --Singapura pun melotot. Sebagian lagi meneruskan wisata ke Bali.
Bali tenang-tenang saja.
Hun Sen kembali marah dengan tersebarnya berita yang menakutkan itu.
Apa yang ia lakukan?
Hun Sen justru ingin melakukan kunjungan ke kapal pesiar itu. Momentumnya pun tepat: Hari Valentine.
Maka di hari kasih sayang itu Hun Sen membawa bunga menuju pelabuhan. Ia serahkan bunga itu ke para penumpang.
Yang menarik perhatian adalah: Hun Sen tidak mau pakai masker. Ia ingin menunjukkan bahwa bahaya virus tidak sebesar yang digembar-gemborkan.
Tentu Hun Sen dikerubungi wartawan. Peristiwa ini dianggap menarik untuk diberitakan.
Salah seorang wartawan di situ mengenakan masker. Hun Sen melihatnya. Hun Sen marah. Hun Sen menyemprot wartawan bermasker itu. Lalu keluarlah kata-kata di atas.
Hun Sen sendiri seminggu sebelumnya sudah berbuat nekat. Ia berkunjung ke Beijing. Ia tidak mau mengenakan masker. Baik di perjalanan maupun selama di Beijing.
Itu untuk menunjukkan sikap dukungannya pada Tiongkok dalam mengatasi Corona.
Bahkan Hun Sen menjadwalkan diri akan berkunjung ke Wuhan --pusatnya Virus. Hanya saja pemerintah Tiongkok mencegahnya.
Hun Sen, yang sudah menjadi perdana menteri selama 35 tahun, memang sahabat Tiongkok terbaik di Asia Tenggara.
Prinsipnya: sahabat sejati itu tidak boleh lari di saat yang paling sulit.
Itulah yang ingin ditunjukkan Hun Sen. Karena itu Kamboja tidak melarang pesawat dari Tiongkok mendarat di Phnom Penh. Kamboja juga tidak memulangkah mahasiswa mereka yang kuliah di Wuhan.
Itu belum cukup. Hari-hari ini Hun Sen akan menjamu para penumpang Westerdam dalam sebuah pesta di ibu kota.
Tanpa masker.
Bahkan mereka boleh menghabiskan waktu di Kamboja --termasuk melihat-lihat dalamnya istana.
Hun Sen, lahir tahun 1951 tapi di dokumen resmi dibuat lahir 5 Agustus tahun 1952, kini menjadi perdana menteri terlama di dunia.
Ia komunis yang ingin membangun negaranya mengikuti jejak Vietnam bin Tiongkok.
Salah seorang anaknya lulusan akademi militer terkemuka Amerika: West Point. Juga seorang ekonom lulusan Bristol University Inggris. Kini sang anak sudah berpangkat mayor jendral.
Virus Corona telah membuat Hun Sen naik panggung dengan kegilaannya.
KOMENTAR ANDA