HATI-hatilah menjadi ayah. Anak Anda yang masih kecil pasti memperhatikan Anda. Diam-diam. Lalu merekam semua itu dalam kesadaran kecilnya.
Lantas tumbuh menjadi obsesi: ingin seperti ayah!
Apa pun pekerjaan sang Ayah, si anak punya keinginan mengikuti sang ayah. Termasuk Rizal Abdi. Yang ayahnya bekerja di bengkel mobil. Pekerja bengkel.
”Cita-cita tertinggi saya harus bisa seperti ayah: bekerja di bengkel,” ujar Rizal.
Apalagi ketika ayahnya naik pangkat menjadi kepala bengkel. Rasanya jabatan ayahnya itulah yang tertinggi di dunia. Di dalam hatinya terpatri seperti tidak ada jabatan yang lebih hebat dari kepala bengkel.
Maka Rizal pun sekolah di STM-Pembangunan. Yang saat ia kelas 3 berubah menjadi SMK.
Cita-citanya menjadi orang bengkel seperti di depan mata ketika Rizal diterima magang di bengkel Toyota di Surabaya. Yakni saat ia di kelas 2 STM jurusan mesin. Keseriusan bapaknya bekerja di bengkel membuat Rizal bekerja keras seperti bukan sedang magang.
Begitu pula saat magang lagi untuk yang kedua, di kelas 3.
Rizal pun menjadi anak magang favorit di bengkel itu. Maka begitu lulus SMK Rizal langsung diterima untuk bekerja di situ.
Tapi Rizal harus kuliah dulu. Semula ingin ia rangkap. Siang bekerja di bengkel Toyota. Malamnya kuliah di Fakultas Teknik ITATS Surabaya.
Tapi, pulang kuliah malam itu Rizal dirampok di jalan sepi. Dekat jembatan Nginden. Sepeda motornya dipepet dua sepeda motor. Rizal dibacok dari kanan. Untung kena spion. Dan sedikit tangan kanannya. Berdarah. Sepeda motor yang membacok jatuh. Rizal balik arah. Dikejar. Tapi segera sampai di pompa bensin. Rizal masuk ke situ dan menjatuhkan diri: lemas.
Sejak itu Rizal kuliah siang. Berhentilah dari bengkel Toyota.
Begitu tamat ITATS Rizal diterima di bengkel Honda.
Cita-cita Rizal pun tercapai: kerja di bengkel. Itulah cita-cita tahap I. Ternyata ia mampu menjadi seperti ayahnya.
Yang ia belum mampu adalah menjadi kepala bengkel. Itulah cita-cita Rizal berikutnya.
Mungkin perlu waktu panjang. Ia melihat terlalu banyak orang yang lebih senior di bengkel itu.
Tapi di saat Rizal berumur 29 tahun kesempatan itu datang. Jauh lebih cepat dari yang ia bayangkan.
Saat itu ada pengusaha yang membangun bengkel Honda di Mojokerto --50 Km di barat Surabaya.
Mula-mula teman Rizal yang ditugaskan menjadi kepala bengkel di sana. Hanya tahan dua minggu. Si pengusaha merasa tidak cocok. Ia minta agar Honda mengirim tenaga yang lain.
Pengganti itu pun hanya tahan dua bulan. Si pengusaha minta diganti. Yang lebih bagus lagi.
Dikirimlah Rizal.
Waktu itu Rizal sudah punya piagam ”juara nasional” teknisi Honda. Ia memang diikutkan kejuaraan nasional setelah menjuarai tingkat Provinsi Jatim.
Yang dilombakan mulai dari keramahan menyambut mobil konsumen sampai kecepatan menyelesaikan masalah.
Misalnya, ia harus tahu siapa nama pemilik atau yang membawa mobil ke bengkel itu. Untuk itu ia harus memperkenalkan diri dulu kepada tamunya.
KOMENTAR ANDA