llustrasi/Net
llustrasi/Net
KOMENTAR

 

Itu adalah obat malaria.

Trump ngotot bahwa FDA sudah mengesahkannya sebagai obat Covid-19. Wartawan pun mendesaknya: kapan persetujuan itu diberikan?

Dijawab: pokoknya sudah disetujui.

Maka FDA pun buru-buru klarifikasi. Dengan cara yang halus. "FDA sedang mengkajinya," ujar pemimpin tertingginya.

Mungkin Trump memang tidak pernah kena malaria. Sehingga tidak begitu kenal dengan nama Chloroquine. Juga tidak tahu apa saja efek sampingannya. Terutama terhadap pendengaran dan mata.

Ahli di Amerika sendiri sudah lama sekali menyempurnakan Chloroquine dengan produk baru: Hydrochloroquine.

Tapi seorang presiden memang harus mengambil keputusan. Seperti juga dokter yang tidak mungkin membiarkan pasiennya tergeletak menunggu begitu saja datangnya obat yang belum ditemukan itu.

Begitu juga Presiden Indonesia Jokowi. Harus membuat keputusan: membeli jutaan obat bikinan Jepang, Avigan. Yang sebenarnya juga bukan obat Covid-19.

Trump kali ini memang terlihat panik. Kecaman membanjiri ke alamatnya. Termasuk dari internal partainya.

Ia sudah beda sekali dengan dua bulan lalu. Saat Covid-19 sudah meluas di Tiongkok. Saat itu Trump ditanya wartawan: mungkinkah covid-19 menjadi pandemik.

"Tidak. Sama sekali tidak," jawabnya.

Ketika ditanya bukankah sudah ada penduduk Amerika yang mulai terkena, Trump tetap keukeuh. "Itu kan hanya satu orang yang datang dari Tiongkok," ujarnya.

Sampai sekarang yang sudah nyata-nyata melakukan uji coba obat Covid-17 barulah Tiongkok dan Amerika.

Tiongkok melakukannya Februari lalu. Obat itu disuntikkan kepada dokter dan perawat militer yang ditugaskan di rumah sakit khusus darurat di gedung olahraga Wuhan.

Hasilnya: sampai tugas mereka selesai minggu lalu tidak satu pun dokter dan perawat militer itu yang tertular.

Tapi, normalnya, obat itu masih harus melewati banyak uji coba lagi. Terutama untuk menentukan ada tidaknya efek samping dan serapa banyak dosis yang diperlukan.

Mayjen Chen Wei, ilmuwan wanita yang mengepalai proyek penemuan obat Covid-19 itu Sabtu kemarin memberikan keterangan baru.

Percobaan lanjutan sudah dilakukan kepada relawan dari tiga kota: Wuchang, Hongshan, and Donghu Scenic Area. Semuanya di sekitar Wuhan.

Percobaan itu dilakukan dalam tiga kelompok. Yakni kelompok dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi. Masing-masing kelompok 26 orang relawan.

Yang di Amerika baru dicoba minggu lalu. Terhadap 45 orang relawan yang berbadan sehat. Sama dengan yang di Tiongkok: disuntikkan di lengan atas.

Relawan yang sama masih akan dijadikan uji coba kedua: sebulan setelah penyuntikan pertama. Lalu diajukan perizinannya ke FDA --yang biasanya paling cepat 1 tahun.

Akhirnya Trump tahu yang digembar-gemborkannya itu obat malaria zaman dulu. Lantas apa komentarnya?

“Setidaknya sudah diketahui tidak ada yang meninggal akibat obat itu," katanya.

Seandainya saya terkena Covid-19 dan dokter hanya bisa memberikan Hydrochloroquine-nya Trump atau Avigan-nya Jokowi, saya pun akan meminumnya.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway