Taiwan itu sudah mengembangkan payung sejak hujannya masih di Wuhan. Tanggal 27 Januari 2020 Taiwan sudah melakukan ini: penumpang dari Wuhan tidak boleh keluar pesawat. Mereka diperiksa dulu. Dites suhunya. Yang bermasalah diisolasi.
Bahkan lebih dini lagi. Tanggal 20 Januari 2020, seminggu sebelum Imlek, Taiwan sudah memberi pengumuman kepada rakyatnya: jangan rebutan masker. Pemerintah sudah memproduksi lebih banyak masker.
Di tanggal itu Taiwan sudah siap jutaan masker, 44 juta masker operasi dan 1,9 juta masker N95.
Sudah disiapkan pula 1.100 ruang isolasi di seluruh RS di sana. Yang sudah dilengkapi negative room pressure.
Di awal Februari Taiwan baru bisa produksi masker 4 juta/hari, bulan lalu sudah menjadi 16 juta/hari.
Pemerintah sejak akhir Januari juga sudah mematok harga masker: Rp 23.500/9 masker. Juga menetapkan kuota: hanya boleh beli masker untuk keperluan 14 hari.
Distribusi masker dikuasai oleh pemerintah. Pembeli masker harus menunjukkan kartu anggota asuransi kesehatan, mirip BPJS di sini. Tanpa kartu itu tidak akan dilayani.
Hebatnya, 99,9 persen penduduk Taiwan punya kartu seperti itu. Yang 0,1 persen karena baru lahir, kartunya masih dalam pengurusan.
Bisa juga pesan masker lewat website pemerintah. Dengan harga yang sama. Barangnya bisa diambil di toko terdekat. Seperti toko 7Eleven, FamilyMart, dan sebangsanya. Pembayarannya dilakukan saat mengambil barang itu: Rp. 23. 500/9 masker. Dengan uang kontan.
Dari 25 juta penduduk Taiwan yang bekerja di Tiongkok-daratan sekitar 2 juta. Termasuk yang berbisnis. Turis Tiongkok-daratan yang ke Taiwan lebih banyak lagi.
Taiwan berhitung: mendung sudah gelap. Sudah menggelayut rendah. Hujan pasti datang. Deras sekali.
Payung harus segera disiapkan, bukan pawang.
KOMENTAR ANDA