Tunggu dulu.
Vent-I adalah alat bantu nafas. Alat yang butuh jaminan keselamatan bagi pasien 100 persen. Alat yang butuh ambang batas ketahanan yang sudah ditentukan. Alat ini masih harus lolos uji ketahanan. Harus pula diadakan beberapa perbaikan minor. Alhasil, demi kebaikan semua, kita mesti sabar menunggu. Sampai alat ini benar-benar lolos uji secara resmi.
Mohon dukungan semua sahabat agar proses yang kritikal ini dapat segera dilewati, dan alat yang kita tunggu-tunggu ini benar-benar lolos uji BPFK. Mohon doanya.
Salam,
Hari Tjahjono
Begitulah. Semoga tidak ada lagi uji yang ketiga.
Dr Syarif Hidayat sendiri yang tidak ikut ke Jakarta memonitor proses uji itu dari sebuah ruang di Masjid Salman ITB.
Berarti tes kemarin itu adalah tes yang kedua. Tes pertama sudah dilakukan Selasa minggu lalu.
Kini giliran saya yang deg-degan.
Indonesia belum pernah memproduksi ventilator. Ventilator yang ada di rumah sakit kita semuanya impor. Bahkan semuanya adalah ventilator yang jenisnya invasive.
Berarti kita belum punya standar industri di bidang ini. Apalagi untuk ventilator jenis non-invasive yang ingin diproduksi ITB ini.
Saya pun lantas bertanya-tanya. Ke diri saya sendiri.
Ingin tahukah Anda apakah pertanyaan saya untuk diri saya sendiri itu?
Inilah pertanyaan itu (Sssstttt.... , karena ini pertanyaan untuk diri saya sendiri, tolong membacanya lirih saja): Jangan-jangan standar uji yang dipakai menguji Vent-I adalah yang dari luar negeri. Yakni standar ventilator yang sudah ada di rumah-rumah sakit itu. Yang, sssstttt, invasive itu.
KOMENTAR ANDA