Yang lagi dikembangkan itu adalah ventilator non-invasive. Yang tidak pakai perlubangan tenggorokan. Hanya lewat hidung.
"Itu sangat bermanfaat untuk situasi sekarang," ujar Dr Ike.
Justru alat seperti itu yang belum dimiliki oleh rumah-rumah sakit. Yakni ventilator non-invasive yang independen.
Memang RS kita juga memilikinya. Tapi fungsi itu menyatu di alat ventilator invasive. Yang, ehm, yang mahal itu. Dan yang harus ditempatkan di ruang ICU itu.
Di alat itu ada mode invasive dan mode non-invasive.
Sebaiknya, kata dr Ike, penanganan pasien saat ini harus lebih fokus di stage II. Itu disebut juga tahap sedang (moderate). "Agar pasien tidak jatuh ke stage III," ujar Dr Ike. Kalau sudah masuk tahap III (severe) penanganannya harus di ICU dan lebih sulit.
"Salah satu usaha di tahap II ini adalah ventilator non-invasive itu," ujar Dr Ike. "Itu bisa mencegah hipoksemia," tambahnya. Hipoksemia adalah sesak nafas akibat kurangnya oksigen dalam saluran darah.
Walhasil alat seperti Vent-I tetap penting diadakan. Justru karena independensinya itu. Yang pengoperasiannya pun mudah. Dokter umum pun bisa. Bahkan perawat sekali pun. Ini kesempatan dalam negeri untuk bisa berkembang --dari teknologi yang dianggap terlalu sederhana itu.
Saya selalu menghargai proses merangkak. Memang ada bayi yang tanpa merangkak bisa langsung membaca DI's Way. Tapi proses merangkak juga harus dihargai. Saya tetap mengagumi mereka yang mau membuat langkah --sesederhana apa pun. Apalagi kalau itu bagian dari proses merangkak.
Kurangnya penghargaan pada proses seperti itulah yang membuat kita tidak kunjung sampai tujuan. Terus saja yang diinginkan langsung canggih. Baru bisa lolos uji kalau mencapai standar 'itu'. Maunya langsung yang bisa melebihi yang tercanggih. Penemuan yang dianggap sederhana langsung dihina --cuma begitu.
Saya jadi ingat Geely. Pabrik mobil raksasa di Tiongkok itu. Yang kini sudah mampu mengambil alih Volvo itu. Yang sudah jadi pemegang saham terbesar Mercedes-Benz itu.
Dulunya, pada 1986, hanya bengkel mobil. Yang diizinkan membuat mobil sangat jelek sekali --lebih jelek dari mobil listriknya Kang Dasep Ahmadi.
Dari situ Geely berkembang. Menjadi raksasa dunia permobilan seperti sekarang.
Tapi ya sudahlah.
Kita kan lagi bicara penyakit pernafasan. Baik juga ditanyakan: apakah dokter Ike juga pernah minta pasiennyi melakukan prone?
"Pernah. Setahun terakhir ini satu kali," ujarnyi.
Pasien itu berumur sekitar 55 tahun. Untuk meminta pasien melakulan prone luar biasa rumitnya. Pasien sangat merasa tidak nyaman. Perlu banyak perawat yang membantu.
"Apakah berhasil baik?," tanya saya.
"Sebenarnya berhasil. Bahkan sudah bisa extub," ujarnyi. Extub adalah tahap selang dilepas dari tenggorokan.
"Sudah bisa dipindah ke ruang perawatan biasa. Tapi kemudian meninggal di ruang perawatan," katanyi.
Memang tidak semua pasien bisa diminta guring batiharap. Pasien yang gemuk sekali misalnya --tidak mungkin melakukan itu. Juga yang tekanan darahnya tidak stabil. Atau yang jantungnya bermasalah.
Walhasil, yang paling enak itu yang seger-bagas-waras. Yang tidak punya tanggungjawab apa pun --seperti menjadi stafsus misalnya. Apalagi kalau kantongnya juga ikut seger-bagas-waras.
KOMENTAR ANDA