Foto : Disway
Foto : Disway
KOMENTAR

Dia tidak menyangka kegiatan sosialnyi 3 tahun lalu berpengaruh baik di saat sulit seperti ini. Padahal waktu itu tidak ada niat apa pun kecuali membantu orang.

Waktu itu dia bersilaturahmi ke semua tetangga. Yang umumnya rumahnya lebih besar dari rumahnyi. Dia ingin para tetangga itu menyumbang beras satu jumput saja (sekitar setengah gelas). Seminggu sekali. Dia sanggup keliling mengumpulkannya. Setiap hari Jumat pagi.

Meski targetnya satu tetangga hanya satu jumput, praktiknya ada juga yang sampai menyumbang 5 kg.

Beras itu langsung dikirim ke panti asuhan terdekat. Kalau hasilnya lagi banyak dikirim ke dua atau tiga panti asuhan.

"Di kampung itu saya menjadi lebih terkenal dari suami," ujarnyi sambil tersenyum.

Kini, di saat PSBB, silaturahminyi tiga tahun terakhir memberinyi jalan keluar. Para tetangga pun sudah tahu reputasi "Wanita DI's Way" penjual jilbab ini. Dia dianggap orang baik.

Sebenarnya dia tetap ingin jualan jilbab di pelataran mall itu. Tapi dia harus menaati aturan PSBB. "Ternyata tidak semua orang patuh. Saya lihat banyak yang tidak peduli PSBB," ujarnyi.

"Wanita DI's Way" ini memang sempat merasa sulit. Tapi dia tidak pernah menyerah. Kesulitan kali ini dia anggap biasa saja. Dia sudah sering berada dalam keadaan yang lebih sulit.

Dia sudah biasa kerja serabutan sejak muda. Waktu menjadi karyawan hotel di Bali dia pun cari uang tambahan: bekerja paruh waktu di travel milik orang Jepang. Yang pekerjaannya dia anggap sepele: memasukkan nama-nama hotel yang ditawarkan ke turis Jepang.

Setamat SMA di Semarang dia memang 'lari' menjauh dari kota pacarnyi: patah hati. Dia ke Bali --kuliah perhotelan.

Akhirnya dia menikah. Tapi tetap cari uang. Bisa membeli sawah di Ubud. Juga membeli sebuah rumah.

Tapi perkawinannyi gagal --setelah punya dua putri. Dia merasa tidak kuat jadi sasaran kekerasan fisik terus-menerus. Dia minta cerai. Sang suami tidak keberatan --asal rumah itu untuk sang suami.

Dia pun pergi bersama dua anaknyi. Begitu saja. Kos di rumah orang. Sambil tetap bekerja di dua tempat tadi.

Sampailah dia bertemu suaminyi yang sekarang. Yang bekerja di anak perusahaan Telkom. Yang memberinyi satu anak lagi. Kali ini laki-laki, sudah kelas 6 SD --sudah hafal 15 juz Alquran.

"Wanita DI's Way" ini memang bertekad tiga anaknya harus jadi orang. Yang pertama sudah kerja di Yakult. Yang kedua baru lulus sastra Perancis di Unnes Semarang.

Dia menyekolahkan anak ketiganyi di pesantren: agar kelak bisa berbakti pada ibunya --ketika kelak sang ibu sudah tua. Sang anak juga tahu bagaimana sang ibu merawat ibunyi sampai --baru saja-- meninggal dunia.

Kegiatannyi ke Kramat Jati kini terancam. Dia lagi mendapat tantangan baru: seorang tokoh di komplek perumahannyi tidak suka padanyi. Tokoh itu akan melarang kedatangan barang belanjaan dari luar. Dianggap bisa membawa virus.

Dia belum tahu akan bagaimana lagi nanti. Tapi dia yakin bisa menemukan jalan baru.

Dia pun minta pendapat saya. Padahal saya tidak tahu persis situasi yang sebenarnya.

Maka saya hanya mengirimkan padanyi satu pertanyaan:

Misalkan kita bisa membuat Bill Gate bangkrut-habis, lalu Bill Gate kita buang ke tengah hutan di Afrika. Apakah Bill Gate akan menjadi orang miskin?

"Wanita DI's Way" itu ternyata tahu jawabnya. Dia pun tertawa. Anda pun tahu jawaban itu.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway