Itu masih awal Maret.
Jam itu juga Isyak membentuk grup WA. Anggota grup itu 3 orang: Isyak, Agung, dan Ghozi. Diskusi tentang aplikasi itu dibicarakan intensif di grup itu.
Tiga hari kemudian sudah bisa diputuskan: Belitung langsung memanfaatkannya. Isyak-lah yang menambahkan ide perlunya dikombinasikan dengan gelang konser.
Ghozi setuju.
Hari itu juga, Isyak pesan gelang di Jakarta. Besoknya sudah bisa dikirim ke Belitung.
Isyak pun langsung lapor ke Gubernur Bangka Belitung, Elzardi Roesman. Sang gubernur sangat responsif. Bahkan langsung memanggil Ghozi ke Bangka. Memberinya pula tempat tinggal sementara.
Provinsi Babel menjadi yang pertama menerapkan aplikasi Fightcovid19.id.
Isyak ikut bersyukur nama Ghozi kini menasional. Meski hubungan Isyak-Ghozi begitu intens tapi keduanya belum pernah baku muka. Ghozi belum sempat ke Belitung.
Inilah zaman baru: membuat keputusan penting lewat serba online.
Hanya saja keadaan cepat berubah.
”Fungsi gelang itu sekarang dialihkan. Bukan lagi untuk penumpang pesawat yang tiba di Belitung tapi untuk penduduk yang harus isolasi,” ujar Isyak.
Itu karena tidak ada lagi pesawat yang mendarat di Belitung. Dari 14 kali sehari, menjadi sekali, menjadi tidak ada sama sekali. Yakni sejak secara nasional dilarang tiga hari lalu.
”Aplikasi Ghozi tetap besar manfaatnya,” ujar Isyak yang sejak masih mahasiswa sudah jadi tokoh nasional. Yakni sejak masih berumur 22 tahun. Waktu statusnya masih mahasiswa interior desain di Universitas Tarumanegara, Jakarta.
Isyak-lah yang waktu itu menjadi salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Tionghoa Indonesia. Ia pula yang pertama menjadi ketua umumnya.
Saat itu suasana reformasi memang sangat kuat. Semua kelompok masyarakat menguatkan identitas masing-masing.
Suasana reformasi pula yang membawa Isyak ke politik. Ia selalu memenangkan sayembara karya tulis di kampusnya. Dan ia selalu menulis tentang politik.
Itu sebagai sumpahnya di saat ayahnya meninggal dunia di usia 65 tahun. Waktu itu Jakarta rusuh rasial. Sang ayah --yang lagi menengok anaknya di Jakarta-- depresi.
”Keluarga kami di Jakarta sebenarnya aman. Tetangga kami banyak haji dan baik-baik semua,” ujar Isyak.
Ketika umur 26 tahun Isyak ikut mendirikan partai baru: Partai Indonesia Baru (PIB). Dengan tokoh sentral Dr Syahrir. Isyak menjadi salah satu ketua pimpinan pusat BIP --di umurnya itu.
Dari sinilah Isyak menjadi caleg DPRD Belitung. Terpilih. Termuda. Nama panggilannya tetap Isyak --meski ia masih punya marga: Li.
Dan sekarang Isyak menjadi wakil bupati di sana. Di umurnya yang 42 tahun.
”Saya bangga sekarang nama Ghozi sudah menasional,” ujar Isyak.
Di BNPB, Ghozi tetap dengan kebiasaannya: ngalong --seperti kalong: tidak tidur sepanjang malam. Begitulah umumnya anak muda IT.
Ghozi baru tidur jam 6 pagi atau satu jam kemudian. Ketika orang normal mulai masuk kantor, barulah Ghozi tidur. Sampai jam 11 siang. Lalu kerja lagi sepanjang sore dan malam.
Ia juga bisa menerima kenyataan: oleh BNPB nama aplikasinya akan diubah. Pada saatnya nanti akan diluncurkan nama baru: bersatulawancovid.id.
KOMENTAR ANDA