Mengapa kehidupan akan segera dinormalkan?
”Wabah ini tidak jelas kapan berakhirnya. Kalau kehidupan dibatasi terus negara akan runtuh,” katanya.
Ekonomi di Tiongkok juga terus menggeliat. Mulai Rabu kemarin jalan-jalan tol sudah tidak gratis lagi.
Lebih tiga bulan jalan tol gratis di sana. Pertambahan penderita baru memang nyaris 0 di Tiongkok. Konsentrasi sudah lebih ke ekonomi.
Ibarat kebakaran, api ya sudah padam. Sudah waktunya membangun rumah itu kembali.
Ini agak berbeda dengan kebijakan beberapa negara lain: rumah terus diperbaiki di tengah kebakaran masih terus berkobar.
Di Iran persoalannya lebih serius. Negara itu sendiri lagi diisolasi oleh Amerika. Iran harus hidup sendiri. Keruntuhan ekonominya tidak bisa dibantu siapa-siapa.
Maka Iran memilih segera memperbaiki rumahnya, sementara api masih belum padam.
Namun bukan berarti Iran akan kembali bebas seperti dulu. ”Protokol kesehatan tetap harus ditaati. Cuci tangan, jaga jarak, dan pakai masker tetap harus dipatuhi. Tapi toko-toko, restoran, pabrik, dan apa pun boleh beroperasi penuh," ujar Presiden Iran.
Yang seperti itu tidak bisa dikategorikan sebagai kebijakan herd immunity. Mungkin hanya setengahnya.
Ini lebih mirip doktrin: yang tidak disiplin tanggung sendiri akibatnya.
Tapi tetap berisiko: kalau terlalu banyak yang sakit mau dirawat di mana.
Tapi Iran tidak menyesali lockdown selama ini. Itu dinilai tetap ada manfaatnya. Yakni untuk membuat kejutan. Sebagai sarana menyadarkan masyarakat akan bahaya Covid-19.
Dengan lockdown masyarakat menjadi lebih peduli. Lebih siap. Dan lebih sadar. Setelah tahu semua risiko itu masyarakat tinggal pilih: sadar atau mokong.
Pilihan berikutnya diserahkan kepada mereka sendiri: mau ke restoran atau mau ke kuburan.
KOMENTAR ANDA