Hah?!
Bukankah kita mengira pengusaha farmasilah yang panen raya? Bukankah di masa wabah ini semua orang perlu obat?
”Harga bahan baku obat naik drastis,” ujar Rosan. ”Sedang pembayarannya seret, terutama yang dari BPJS,” katanya.
Lebih sulit lagi, kata Rosan, pengusaha angkutan, tekstil, dan properti.
Itu pulalah yang disorot oleh pembicara seperti Dr. Yanuar Rizki. Ahli keuangan dari Aspirasi Indonesia Research Institute. ”Akibat krisis ini kita bisa kehilangan modal nasional,” ujar Yanuar. Yakni lenyapnya perusahaan-perusahaan nasional. Lalu dibeli dengan murah oleh asing.
Intinya: ekonomi harus segera diselamatkan. Jangan menunggu hancur. Bank-bank juga harus segera diselamatkan. Justru sebelum ambruk.
Sayang tidak ada Rizal Ramli --ekonom yang tetap tidak setuju cetak uang. Bahkan RR --kode untuk Rizal Ramli-- menilai DPR telah keterlaluan. ”Pantas kalau Gus Dur bilang DPR itu seperti taman kanak-kanak,” ujarnya.
”Persetujuan DPR itu betul-betul konyol,” kata RR pada saya tadi malam.
”BI menolak. Menkeu menolak. Kok DPR justru memberi persetujuan,” tambahnya.
RR memang anti cetak uang-nya DPR --sekaligus anti utang-nya Sri Mulyani.
RR justru memuji langkah menteri BUMN Erick Thohir. Yang menggunakan BRI untuk cari pinjaman murah.
”BRI itu top. Bisa dapat pinjaman dengan bunga 2 persen. Jauh lebih murah dari pinjaman yang dibuat Sri Mulyani sebulan lalu. Yang bunganya 4,2 persen,” ujar Rizal. ”Makanya Menkeu kita itu disenangi kreditor. Bukan terbaik tapi terbalik,” tambah RR.
Saya pun japri ke Misbakhun.
”Anda sudah melihat video pernyataan RR soal taman kanak-kanak itu?” tanya saya pada Misbakhun tadi malam.
”Sudah. Berkali-kali,” jawabnya.
”Apakah Anda tidak perlu menemui RR? Agar terjadi dialog. Lantas bisa clear?” tanya saya lagi.
”Juga sudah. Juga sudah berkali-kali saya menjelaskan ke beliau soal quantitative easing,” ujar Misbakhun. ”Beliau kan memang punya posisi politik yang berbeda dengan pemerintahan Pak Jokowi, terutama dengan Sri Mulyani,” jawab Misbakhun. ”Dijelaskan dengan cara apa pun sulit,” tambahnya.
Kemarin malam itu saya harus bicara di dua forum Zoom. Jadwal saya ternyata tabrakan. Yang satu bicara soal dunia dan satunya lagi soal akhirat.
Yang akhirat itu forum untuk sesama ikhwan Tarekat Nahsabandiyah Qadiriyah yang berpusat di Sirna Rasa, Tasikmalaya. Temanya: mencetak hati yang bersih.
Setelah itu saya baru bergabung ke forum cetak uang yang kotor.
KOMENTAR ANDA