Taylor dan anak buahnya yang orang Lebanon, datang ke Osaka mengaku sebagai pemusik. Buktinya ia membawa kotak besar alat musik.
Kotak itu dibawa ke salah satu hotel di Osaka. Sang anak tinggal di hotel itu. Sudah beberapa hari. Ke hotel itu pulalah Ghosn naik kereta cepat dari tempat tahanan rumahnya di Tokyo.
Di hotel itu ia masuk ke dalam kotak. Lalu mereka ke bandara. Ke terminal pesawat carter. Kotaknya kebesaran untuk dilewatkan mesin scanner. Toh isinya hanya ”alat music”. Dan lagi ini bandara pesawat carter. Tidak mungkin kotak itu berisi bahan peledak.
Padahal isinya bisa untuk membeli ribuan ton bahan peledak: milyader Carlos Ghosn.
Kini Jepang melayangkan permintaan: agar bapak-anak itu diekstradisi. Akan diadili di Jepang. Kedua negara memang punya perjanjian ekstradisi. Artinya Amerika mengakui sistem hukum dan praktek penegakan hukum di Jepang. Di Jepang hukum bisa dipercaya keadilannya.
Amerika, atau Jepang, atau Singapura tidak akan mau memiliki perjanjian ekstradisi dengan satu negara --yang mereka yakini hukum di negara tersebut tidak adil.
Covid ternyata tidak hanya menyulitkan orang tua yang punya penyakit pernafasan, diabetes, dan darah tinggi. Covid-19 juga menyulitkan para pelarian. Tinggal satu yang masih tetap sakti: yang di Indonesia itu --yang terkait suap KPU itu.
KOMENTAR ANDA