Mural George Floyd beserta tulisan
Mural George Floyd beserta tulisan "Saya tidak bisa bernapas"/Disway
KOMENTAR

Truk tersebut bisa dihentikan. Sopirnya dikeroyok. Kini sudah di tangan polisi.

Ternyata polisi kulit putih yang menelikung Floyd itu kenal dengan Floyd. Mestinya. Pernah sama-sama bekerja di klub yang sama. Sebagai satpam. Yakni di sebuah klub malam khusus musik Latino. Floyd bekerja di hari-hari kerja. Chauvin bekerja di akhir pekan.

Floyd adalah bintang basket dan American football. Yakni saat masih di SMA di Texas. Ia baru pindah ke Minneapolis lima tahun lalu.

Rupanya ia kerasan di kota yang baru ini. Ia memberi tahu teman-temannya: di Minneapolis sudah seperti di rumah sendiri.

Minneapolis kota besar sekali. Lebih besar lagi karena tidak menjaga jarak dengan kota besar lainnya: St Paul, yang lebih indah.

Nasib Floyd sial banget malam itu. Belum terlalu malam. Baru pukul 20.00 lebih sedikit. Ia memarkir mobil tidak jauh dari sebuah toko di pojok jalan.

Itulah toko yang populer di kompleks tersebut, sebagai jujukan untuk membeli rokok mentol.

Penjaga toko itu menelepon 911. Ia melaporkan: baru saja ada pembeli rokok mentol dengan uang palsu. Yakni uang lembaran 20 dolar sesuai dengan harga rokok mentol di sana: sekitar Rp 300.000.

"Apakah orangnya kulit hitam, kulit berwarna, Latin atau Asia?" tanya petugas 911.

"Ya...begitu," jawab petugas toko.

"Ya begitu bagaimana?" tanya petugas lagi. Sambil mengulangi pertanyaan detil warna kulit tadi.

"Iya. Afro American," jawab penjaga toko.

Beberapa saat kemudian datanglah pembeli yang lain. Juga membeli rokok mentol. Penjaga toko menceritakan apa yang baru terjadi. "Lihat ini uang palsunya. Nyata-nyata palsu," katanya. "Tintanya masih mbleber-mleber," tambahnya.

Saya sendiri tidak tahu apa ya bahasa Inggrisnya mbleber-mleber. Tapi itulah tafsir saya atas cerita penjaga toko kepada media di sana.

Ketika polisi merespons pengaduan ke 911 itu ditemukanlah mobil berhenti tidak jauh dari toko. Isinya dua orang kulit hitam. Salah satunya Floyd.

 

Polisi minta Floyd pindah ke mobil polisi. Menolak. Lalu diborgol. Dibawa ke arah mobil polisi. Floyd tidak membawa apa-apa, apalagi senjata.

Tidak jelas apa yang kemudian terjadi. Floyd ditelikung. Dijatuhkan ke tanah. Ditengkurapkan. Wajahnya menghadap ke bumi. Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya.

Floyd berteriak-teriak. "Tidak bisa bernafas, tidak bisa bernafas," Floyd mengiba. Lalu memanggil nama ibunya yang jauh di Texas, tiga jam penerbangan dari Minneapolis.

Teman Chauvin meminta agar posisi Floyd dibalik. Agar bisa bernafas. "Kalau ia bisa berteriak berarti bisa bernafas," jawab Chauvin.

Teman Floyd mem-video adegan itu. Tersebar luas. Viral. Dihitunglah berapa lama lutut Chauvin menekan leher Floyd: 8 menit lebih. Floyd tidak berteriak lagi. Diam. Chauvin minta temannya mengecek detak nadi Floyd.

"Tidak ada lagi," jawab temannya.

Barulah Floyd dilepaskan. Lunglai. Dibawa ke rumah sakit terdekat: sudah meninggal.

Chauvin dan temannya hanya dibebas-tugaskan. Masyarakat pun demo. Membawa berbagai poster. Banyak yang bunyinya: "tidak bisa bernafas!".

Di hari ketiga, setelah demo menjadi rusuh, barulah Chauvin ditahan. Dengan tuduhan tadi.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway