Hanya saja belum ada ruang untuk lab PCR itu. Pun sampai hari ini. Padahal ia perlu pula ruang yang bertekanan negatif.
Tiga minggu lalu Fima dan tim FAN menghadap Gubernur NTT. Mereka menghadap lagi Rabu lalu. Gubernur, kata Fima, menyanggupi untuk membangun ruang lab itu.
Tentu Fima masih harus bersabar sampai ruang itu tersedia.
Walhasil, dari tiga orang pemilik ide itu baru dr Andani yang sudah benar-benar melaksanakannya. Di lab milik Universitas Andalas Padang.
Yang dulunya hanya mampu mengetes 200 orang/hari kini bisa 1.570 orang/hari (DI's Way: Nangis Tes).
Bahkan dari pengalaman riel di lapangan itu dr Andani punya kesimpulan penting: pool test paling efisien dan efektif adalah 5 sampel menjadi 1 tabung.
Andani tidak berani melakukan 10-1. Apalagi 50-1. Ia sudah mencoba semua itu. Andani menemukan rumus sendiri: 5-1 itu.
Penemuan itu sudah ia tulis dan segera terbit di jurnal internasional. Memang sebelum itu sudah ada teori 50-1. Tapi, dari hasil praktek Andani, yang dijamin valid adalah 5-1. "10-1 saja sudah terjadi pengenceran," ujar dr Andani.
Tentu masih terbuka lahirnya rumus lain. Dari ahli lain. Siapa tahu.
Kalau Hafidz dan Fima bisa menyusul Andani tentu ilmu pengetahuan Indonesia semakin kaya.
Kita pun akan bisa mengejar --kalau kita masih bisa agak cepat.
KOMENTAR ANDA