Ilustrasi/istimewa
Ilustrasi/istimewa
KOMENTAR

Maka Rudy Ramli harus menerima investor lain yang sangat serius: GE Capital. Kontrak dengan GE itu pun dikonsultasikan dengan BI dan BPPN: tidak disetujui. "Alasannya tidak suka saja," ujar Rudy. "Aneh, urusan begini serius kok dasarnya tidak suka," tambahnya.

Rudy pun menyebut dengan jelas siapa pejabat BI yang mengatakan itu. Saya saja yang tidak tega menuliskannya. Investor kedua yang dikonsultasikan ke BI dan BPPN adalah bank asal Belanda, ABN Amro. Tapi juga ditolak oleh BI.

Menurut Rudy, pihaknya didorong untuk memilih Standard Chartered. Maka, pada 22 April 1999 Rudy harus menandatangani kontrak dengan Standard Chartered. Di gedung BI. Di depan wartawan.

Kontrak itu berlaku untuk masa 3 bulan. Berarti segala pembicaraan harus selesai tanggal 22 Juli 1999. Rudy Ramli memang keras dalam negosiasi selama 3 bulan itu. Selama tiga bulan itu ia merasa dalam tekanan yang berat. Pun sampai batas tanggal 22 Juli 1999. Belum ada kesepakatan yang bisa dilanjutkan dengan penandatangan final.

Keesokan harinya Bank Bali dinyatakan BTO –Bank dalam Take Over. "Saya merasa ada pihak yang berusaha agar Bank Bali di BTO. Agar tidak perlu berurusan dengan keluarga Rudy Ramli," ujarnya.

Rudy pun belakangan baru tahu: ada surat permintaan BTO itu dari Standard Chartered.

Saat itu Bank Bali masih punya tagihan ke BPPN: Rp 900 miliar. Itulah uang milik Bank Bali yang dulu dipinjamkan ke bank lain atas anjuran BI –agar Bank Bali tidak menempatkan uang lagi di BI.

Untuk menagih yang itulah sulitnya bukan main. Ada saja alasannya. Termasuk karena Bank Bali dianggap terlambat melaporkan peminjaman uangnya ke bank lain.

Di situlah Djoko Tjandra turun tangan. Djoko mengaku punya banyak kenalan di dalam pemerintahan. Mulai Jaksa Agung Baramuli sampai politikus Setya Novanto.

Mereka memberikan gambaran tagihan itu akan cair dalam 1 minggu. Ternyata tidak. Pun setelah dua minggu. Karena itu Rudy Ramli tidak mau menyerahkan surat tagihan ke Djoko Tjandra. Soalnya Djoko Tjandra juga belum memberikan jaminan surat berharga sebesar nilai tagihan. Kontrak cassie dengan Djoko Tjandra pun berakhir dengan gagal tagih.

Setelah itu banyak sekali pihak yang ingin membantu Bank Bali untuk menagihkannya. Masing-masing dengan motif mendapatkan bagian yang besar.

Suatu saat Djoko Tjandra menghubungi Rudy Ramli lagi. "Uangnya siap cair, agar surat tagihan diserahkan," ujar Rudy menirukan pembicaraan saat itu. Benar saja uang itu masuk Bank Bali. Senilai Rp 900 miliar.

Begitu uang sudah masuk ke rekening Bank Bali, Rudy Ramli kabur ke luar negeri. Tidak ada yang bisa mengontaknya. Tapi situasi membuat Rudy Ramli menyerah. Djoko Tjandra minta bagian Rp 500 miliar. Rudy Ramli tidak berkutik. Ia ingin selamat.

Fee Rp 500 miliar itu pun bocor ke media. Ribut. Nama Setya Novanto menjadi terkenal untuk kali pertama. Sebagai orang yang berhubungan erat dengan Djoko Tjandra. Uang itu lantas dikembalikan ke Bank Bali. Dalam bentuk rekening eskro. Yang tidak bisa dicairkan siapa saja –menunggu status hukum uang tersebut.

Djoko Tjandra/Setya Novanto tetap merasa uang itu hak mereka –sebagai tukang tagih. Maka Setya Novanto pun maju ke pengadilan. Ia menggugat bahwa uang Rp 500 miliar itu miliknya.

Pengadilan mengabulkan gugatan Setya Novanto. Pun sampai tingkat banding dan kasasi. Sejak itulah orang mengenal Setya Novanto sebagai orang kuat.

Rudy Ramli kehilangan segala-galanya: Bank, uang tagihan, dan juga istri. Ia lebih banyak terlihat sebagai orang yang tertekan. Ia pun menjadi percaya ilmu hitam. Termasuk dalam proses kehilangan semuanya itu.

Tapi kini Rudy Ramli sudah punya pendamping lagi. Setelah hampir 20 tahun hidup sendiri. "Saya sudah bersama dia meski sepakat tidak akan kawin," ujarnya. "Kapan-kapan saya kenalkan ke Pak Dahlan," katanya suatu saat.

Rudy pun menonton TV saat Djoko Tjandra ditangkap. Juga saat ia tiba di Jakarta dalam keadaan diborgol. Pun saat diturunkan dari pesawat yang sampai sulit berjalan –saking banyaknya manusia yang menyambutnya.

Rudy Ramli juga melihat alis Djoko Tjandra kini tebal. "Mungkin saja disulam. Saya tidak tahu," katanya. "Ponakan saya sendiri menyarankan agar saya menyulam alis. Tapi tidak saya lakukan," katanya.

Rudy pun bersyukur masih sehat dan bisa hidup bebas. Bagi orang kaya pun alis itu ternyata penting.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway