"Pacar saya di dekat Situbondo. Alumni Nurul Jadid dan Pondok Modern Gontor," jawab Novi.
Kemarin Novi ke Surabaya. Itu karena diminta Bu Risma, Walikota Surabaya untuk menjadi penerjemah tamu dari Tiongkok. Tapi tamu itu ternyata batal datang.
Saat kuliah, Novi memang pernah menjadi penerjemah Risma waktu berkunjung ke Xiamen. Waktu itu Pemkot Surabaya minta agar Pemda Xiamen menyediakan penerjemah. Ternyata Pemda Xiamen menunjuk Novi.
Sejak itu setiap ada rombongan dari Surabaya Novi lah yang diminta menjadi penerjemah.
Di antara pondok pesantren yang punya minat jurusan Mandarin, Nurul Jadid jawaranya. Sekarang ini sudah lebih 200 alumni Nurul Jadid yang lulus universitas di berbagai kota di Tiongkok.
Kebetulan guru Mandarin pertama yang diperbantukan ke Nurul Jadid berasal dari suku Hui. Dari kota Chongqing. Berarti ia Islam –semua suku Hui adalah Islam.
Maka guru Mandarin itu tiap hari berkopiah dan bersarung. Setelah masa tugasnya habis ia diganti guru dari suku Han yang tentu saja komunis.
"Tapi ia sering kami ajak bercanda untuk juga memakai sarung. Mau juga," ujar Novi.
Kini SMA unggulan tiga bahasa di Nurul Jadid itu sampai menolak-nolak murid baru. Saking favoritnya. Saya pun ingin bermalam lagi di pondok itu.
KOMENTAR ANDA