Ilustrasi Dahlan Iskan/Net
Ilustrasi Dahlan Iskan/Net
KOMENTAR

Belakangan, dua minggu menjelang Pemilu, baru ada satu harian kecil di New York yang memuat kasus itu: New York Post. Milik konglomerat media Rupert Murdoch yang memang juga pro Trump.

Heboh.

Tapi, itu tadi, tidak ada yang percaya. Bahkan berkembang ke penelusuran tentang proyek intelijen yang di Hongkong tadi.

Tapi keterangan John Paul memang penuh tanda tanya. Misalnya, ia mengatakan laptop rusak itu tidak pernah ada yang mengambil.

Hunter Biden tidak mengambilnya -karena memang bukan ia yang membawanya ke servis.

Padahal, biasanya, di Amerika, kalau lebih 90 hari barang yang diservis tidak diambil, pemilik toko servis akan menghubungi pemilik laptop.

Itu yang tidak dilakukan John Paul. Bahkan ia juga sangat mencurigakan: kok berani membuka hard disk milik orang lain. Ini persoalan pidana besar di Amerika.

Begitulah. Dua skenario yang disiapkan untuk menjatuhkan Biden begitu hitamnya.

Maka Harian Apel di Hongkong dan toko servis Apple di Wilmington itu jadi ikut terkenal. Bidenlah yang dibuat pusing di akhir masa kampanyenya.

Besok siang kita sudah akan tahu efektivitas hasil kampanye hitam ini.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway