Ketika mengunjungi tempat penyerahan diri Jenderal Lee itu �"di Appomattox Court House di pelosok Virginia�" saya bisa merasakan pahitnya kekalahan ''Selatan'' ini. Yang begitu ironi dibanding saat memulai perang.
Kekalahan itu begitu pahitnya. Di tengah masyarakat Selatan tetap hidup keinginan seharusnya Jenderal Lee jangan menyerah. Ideologi konfederasi itu tetap hidup. Sampai sekarang. Bendera mereka pun masih banyak berkibar di pinggir-pinggir jalan di Selatan. Sesekali saya lihat ukurannya besar sekali. Dan dipasangnya di tiang yang tinggi sekali.
Tidak lama setelah Jenderal Lee menyerah, seseorang dari kelompok ini menyelinap ke dalam gedung teater. Di pinggangnya tersembunyi pistol.
Presiden Lincoln malam itu akan nonton teater. Di situlah Abraham Lincoln ditembak.
Lincoln-lah pemersatu Amerika �"lewat senjata dan perang sipil. Ia sendiri mempertaruhkan nyawanya untuk persatuan itu.
Kini kekalahan Trump itu juga begitu pahitnya. Apalagi Trump sendiri suka menuangkan bensin ke dalam emosi yang kalah.
Daerah-daerah yang masih suka memasang bendera konfederasi itulah yang kini Trump menang mutlak �"dan kini kembali merasakan kepahitan yang dalam.
Siapa pun Capres dari Partai Republik pasti menang di daerah-daerah itu.
Kali ini mereka kembali dikalahkan oleh negara-negara bagian di utara yang umumnya memilih Biden. Atau capres siapa pun dari Partai Demokrat.
Maka secara umum, Trump menang di negara bagian yang dulunya ingin memisahkan dari dari Amerika Serikat. Yang kala itu diperangi habis-habisan oleh Presiden Abraham Lincoln.
Berarti, sampai hari ini, belum ada tokoh yang benar-benar jadi pemersatu Amerika. Tiap empat tahun luka lama itu masih berdarah kembali.
Bidenkah yang dipilih Tuhan untuk mempersatukan Amerika itu?
KOMENTAR ANDA