JURNALIS memiliki posisi penting dalam peradaban digital. Di tengah gempuran informasi hoax dan deep fake, seorang jurnalis harus mampu memelihara integritasnya untuk menghadirkan fakta di tengah masyarakat.
Salah satu perempuan yang menekuni prosesi sebagai jurnalis adalah Nikmatus Sholikah, yang saat ini menjabat sebagai Presiden Komunitas Jurnalis Berhijab (KJB) Indonesia. Melihat Nicmah, begitu ia biasa disapa, kita melihatnya sebagai sosok muda yang cerdas, energik, kritis, dan komunikatif. Klop dengan profesi yang ditekuninya selama ini sebagai jurnalis televisi.
Karirnya di tvOne selama lima tahun telah menggembleng perempuan kelahiran Bojonegoro, 23 Oktober 1992 ini sebagai jurnalis tangguh. Nicmah pernah terpilih menjadi salah satu jurnalis Indonesia yang mengikuti short course di Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta pada Desember 2015.
Menjadi reporter daily news hingga program deep news FAKTA, Nicmah dekat dengan dunia riset yang mengharuskannya memiliki data lengkap, piawai melobi untuk mendapatkan narasumber A1 (narasumber langsung), sigap mewawancarai dan mengulik informasi sidebar seputar satu peristiwa, lalu menyajikan berbagai materi yang ia miliki untuk menjadi tayangan jurnalistik yang faktual dan berkualitas.
Dalam kapasitas sebagai Presiden KJB sekaligus jurnalis tvOne, Nicmah banyak mengisi berbagai pelatihan jurnalistik dan karya tulis baik sebagai moderator maupun pembicara. Wawasannya yang luas, terasah sejak ia kecil karena kecintaannya terhadap membaca. Di bangku SMP, Nicmah pernah mendapat gelar "Siswa Tersering Memasuki Perpustakaan" dari 1000 lebih siswa di sekolahnya. Menurut Nicmah, membaca adalah dasar untuk menulis, terutama untuk menambah perbendaharaan kosa kata.
Keaktifannya dalam dunia organisasi juga tak diragukan lagi. Sewaktu duduk di kelas X dan kelas XI SMA, ia terpilih menjadi Ketua OSIS dua kali berturut-turut. Saat SMA jugalah ia tertarik dengan dunia jurnalistik. Ia mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik bahkan memenangkan beberapa lomba jurnalistik di kotanya.
Lulus S1 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Nicmah langsung diterima di tvOne. Selain menjadi jurnalis, Nicmah juga seorang public speaker handal. Salah satu prestasi yang diukirnya adalah menjadi juara pertama dalam kompetisi nasional bertajuk "Marketing Public Relations STRATEGIC BLAST" tahun 2013.
Nicmah tumbuh di Kota Malang di tengah keluarga yang sangat menekankan pentingnya nilai-nilai Islam dalam keseharian dan pola pendidikan tradisional Jawa yang santun. Menyaksikan ia menjadi jurnalis tangguh dengan tetap berpegang teguh pada syariah Islam (berhijab-red), menjadi penyemangat tersendiri bagi para muslimah muda bahwa menjadi hijab bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita dan impian kita. Nicmah mengaku, lima tahun sebagai jurnalis televisi membuatnya menjadi seseorang yang berani.
Kini, meski memilih untuk rehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia jurnalis demi melanjutkan pendidikan S2 Jurusan Public Relations di Universitas Brawijaya, Nicmah tetap fokus memajukan Komunitas Jurnalis Berhijab yang menjadi tanggung jawabnya.
Apa sesungguhnya makna jurnalistik bagi seorang Nicmah dan apa saja yang sudah dan akan dilakukannya bersama KJB? Simak penuturan Nicmah kepada Farah.id.
F: Apa alasan Nicmah menekuni profesi jurnalis?
NS: Sejak SMA saya menyukai dunia jurnalistik. Saat menjadi Ketua OSIS di SMA di kelas X, saya dan beberapa teman didukung guru mendirikan ekstrakurikuler jurnalistik. Kami pernah memenangkan beberapa kejuaraan. Lalu berlanjut saat saya kuliah, saya masuk lembaga pers mahasiswa UMM yaitu BESTARI.
Sambil menunggu waktu kelulusan (wisuda), saya menjadi asisten dosen di UMM. Saat itu saya melamar ke tvOne. Saya pikir tidak ada salahnya mencoba. Alhamdulillah lolos. Entah kenapa, saya merasa inilah yang saya cari selama ini. Saya tipe orang yang menyukai tantangan, suka kepo—ingin tahu berbagai hal menarik, dan suka bertemu orang baru. Akhirnya jurnalis menjadi passion bagi saya.
Tanpa passion, seseorang tidak akan bertahan lama sebagai jurnalis. tvOne adalah pekerjaan saya yang pertama, saya tekuni selama lima tahun. Saya tidak pernah memilih pekerjaan lain. Saya fokus sebagai jurnalis. Saya mendapat banyak sekali ilmu, bertemu banyak orang, dan menghadapi banyak tantangan baru. Itu sangat menarik.
F: Menurut Nicmah, apa tanggung jawab terbesar seorang jurnalis?
NS: Saya tetap berpegang teguh pada pakemnya, bahwa jurnalis adalah pilar keempat demokrasi. Menjadi pengawas para legislatif, eksekutif, dan yudikatif sekaligus berkontribusi untuk masyarakat. Menjadi watch dog sekaligus sentral informasi yang memihak citizen. Jurnalis harus mampu menghadirkan informasi objektif yang tidak memihak. Yang memihak lebih ke masyarakat umum.
F: Apa pendapat Nicmah tentang profesi influencer yang sangat hits di masyarakat?
NS: Sebenarnya sah-sah saja ada influencer. Mereka adalah orang yang dapat memberi pengaruh kepada masyarakat luas. Apa yang mereka lakukan akan ditiru masyarakat. Yang saya sedihkan adalah banyak influencer yang tidak membawa dampak positif. Jika kita lihat di Instagram atau media sosial lain seperti Twitter, mereka lebih banyak melakukan hal negatif yang akan ditiru. Itu yang membuat saya miris.
Pesan saya, para influencer seharusnya menyadari mereka punya tanggung jawab besar karena diikuti masyarakat. Opportunity itu hendaknya digunakan dengan baik dengan memberi pengaruh positif ke masyarakat.
F: Jika bisa beralih profesi, apa yang ingin Nicmah tekuni? Mengapa?
NS: Saya ingin menjadi PR perusahaan multinasional yang fokus di bagian CSR (Corporte Social Responsibility). Saya ingin membuat program yang mengangkat kesejahteraan masyarakat. Dulu waktu magang, saya pernah mengikuti CSR perusahaan tambang Adaro di Tabalong, Kalimantan Selatan. Saya ikut di bidang kesehatan, salah satunya ada program Ibu Bidan. Saya ingin bekerja di perusahaan multinasional agar bisa memberi dampak lebih besar kepada masyarakat yang lebih luas.
KOMENTAR ANDA