Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Episode: Bohong Salah

DENGAN wajah bersemu merah, sang istri bertanya, “Apakah Bunda masih cantik?”

Deg! Suaminya kaget. Ini pertanyaan bagaikan ranjau darat, tersenggol sedikit bisa berujung ledakan dahsyat. Ah, andai pertanyaan ini diajukan 20 tahun lalu, tentulah tak akan berat menjawabnya.

Demi menjaga perdamaian dunia, suami berkata, “Bunda tetap cantik kok! Kulitnya mulus, bodinya ramping. Pokoknya aduhai!”

Entah dapat kekuatan dari mana, bahkan sang suami pun heran dengan kemampuan lidahnya meramu kalimat yang demikian menakjubkan.

Cermin. Kali ini cermin yang berulah. Andai saja cermin besar itu tidak nongkrong di sana, tentulah sang istri tidak akan mendadak pucat pasi melihat fakta yang sulit dipungkiri.

Lalu istri pun meradang, “Buat apa sih Ayah berbohong? Apa susahnya bilang Bunda sudah gemuk dan banyak kerutan begini?”

Suami berupaya menenangkan, “Maksudnya kan baik!”

Istri malah makin berang, “Nah, tuh kan benar lagi bohong. Ingat, bohong itu menyakitkan! Ayo mengaku, kebohongan apa lagi yang pernah dilakukan? Bla…bla…bla…”

Karena sudah memakan durasi waktu cukup lama dan demi menghindari meletusnya perang antargalaksi, suami minggat ke dapur hendak membuat kopi. Saat membuka jendela terhampar pemandangan yang mengarukan. Ibu-ibu tetangga tengah khusyuk menyimak tanda-tanda zaman.

Demi menangkis malu, mereka kompak berakting; ada yang mencari-cari koin yang jatuh, menghitung-hitung bintang atau yang meminjam ulekan.

Episode: Jujur Tambah Salah

Kemudian hari, istrinya tampak cerah berseri. Mungkin lagi tanggal muda (bukan istri muda lho). Dengan percaya diri istri bertanya, “Apakah Bunda masih cantik?”

Suami tidak kaget lagi. Cermin telah dipindahkan. Namun dia pun bertekad ingin jujur. Bukankah istri yang bilang bohong itu menyakitkan.

Maka suami berkata, “Bunda memang agak gemuk, tapi jangan khawatir, Ayah sudah siapkan dana untuk fitness.”

Kepalang jujur, sekalian suami berkata, “Bunda memang mulai berkerut, tapi tak usah takut. Ayah akan membelikan kosmetika yang terbagus.”

Sunyi.
Sepi.
Senyap.

Ibu-ibu di dekat jendela dapur mulai membubarkan barisan. Tetapi baru beberapa langkah, kemudian terdengar suara yang mereka harap-harapkan.

Prang! Prang! Prang! Prang!

Dan ibu-ibu itu pun kembali merapatkan barisan menyambut meriahnya perang antargalaksi. Wuih!
Dalam agama dikenal istilah bohong putih, yakni dusta yang diperbolehkan. Pihak yang meyakini hal ini berpegang pada dalil hadis Nabi Muhammad. Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Shidiq Hasan Khan dalam Ensiklopedia Hadis Sahih.

Asma binti Yazid menceritakan bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah Saw. berkhutbah, Rasulullah Saw. bersabda dalam khutbahnya, “Hai orang-orang yang beriman hal apakah yang mendorong kalian untuk mudah sekali selalu berdusta seperti laron mengikuti (cahaya yang susul-menyusul?) Semua kebohongan diharamkan untuk anak Adam (manusia), kecuali dalam tiga perkara: seorang suami berbohong untuk membuat rida istrinya, orang yang berbohong dalam siasat perang, dan seseorang yang berbohong untuk mendamaikan dua orang muslim yang berseteru." (HR. Tirmidzi)

Bagi pihak yang membolehkan bohong putih, tidak dapat disalahkan karena apa yang diperbuatnya berdasarkan dalil. Pokoknya dalam beramal itu ada dalil yang menjadi pondasinya. Maka bohong putih itu sah-sah saja!

Namun ada yang perlu diingat, sebagaimana yang dikutip oleh Syaikh Mahmud al-Mashri dalam buku Karakteristik Suami Idaman, bahwa ada ulama yang berpendapat bahwa maksud dari berbohong dalam hadis di atas adalah berkelit atau berkilah Imam Nawawi berkata, “Suami berbohong kepada istri atau sebaliknya, boleh dilakukan misalnya saat menyatakan cinta dan memberikan janji-janji yang tidak mengikat. Adapun menipu istri untuk menghindari kewajiban atau mengambil yang bukan hak suami hukumnya haram menurut kesepakatan kaum muslimin.”

Dan sebelum memakai dalil bohong putih ini, cermatilah dengan lengkap hadisnya, bahwa kebohongan itu bagaikan laron yang terbang menuju api (cahaya); hasilnya ya terbakar. Barangkali kasus terbakar inilah yang menimpa suami pada kisah pembuka di atas.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur