Lalu mengapa istrinya memberikan respons yang sama-sama tak enak dalam bohong atau jujurnya suami? Pertanyaan istri tersebut amatlah psikologis. Tampaknya masalah bukan pada bohong putih atau bohong hitam, melainkan lebih kepada perhatian, harapan terhadap curahan kasih sayang.
Pertanyaan itu hanyalah mewakili dari kegundahan hati, maka ia akan tenteram dengan perhatian yang sepenuh cinta. Bukankah kucing saja bisa ngambek kalau tidak diperhatikan, apalagi makhluk yang sehalus perempuan yang telah lelah menunaikan peran sebagai istri.
Tapi, kalau tetap kukuh memakai bohong putih, ya silahkan saja. Toh ada dalil yang menjadi landasannya. Namun rumah tangga itu bukanlah sesuatu yang hitam putih, banyak aspek yang perlu kita pertimbangkan dalam bersikap terhadap pasangan, termasuk dalam urusan berbohong atau jujur sekalipun.
Tentunya bukan hanya suami, istri pun perlu mencermati tepat atau tidaknya bohong putih itu terhadap suaminya. Dan ingatlah, kebohongan bagaikan laron yang terbang menuju api!
KOMENTAR ANDA