Desainer Lily Mariasari
Desainer Lily Mariasari
KOMENTAR

SOSOKNYA dikenal sebagai pribadi yang ramah, cerdas, tak pelit berbagi ilmu, serta berdedikasi tinggi dalam bidang fesyen.

Berawal dari kepeduliannya terhadap eksistensi batik Betawi, Lily Mariasari membesut ELEMWE yang kini menjadi fesyen brand papan atas yang berkibar di dalam negeri maupun di kancah internasional.

ELEMWE telah menjelajahi empat benua dan selalu mendapat apresiasi hangat dari masyarakat di berbagai negara. Mereka melihat keunikan batik Betawi dengan aneka motif khas dalam warna-warna yang menarik.

Batik Betawi yang diusung ELEMWE berasal dari berbagai unsur seni budaya khas tanah Betawi. Mulai dari ondel-ondel, monas, kampung Betawi, bunga flamboyan, burung sri gunting, kembang goyang, gigi balang, delman, hingga kerak telor.

Dengan tagline Dress Good, Look Good, Feel Good, batik Betawi ELEMWE hadir dalam bentuk gaun, outer, blus, celana, rok, hingga hijab, tas, juga sepatu. Dengan penggunaan bahan-bahan premium dan quality control yang ketat, produk ELEMWE merupakan karya eksklusif yang memiliki filosofi di balik setiap helainya.

Bagaimana Lily Mariasari sebagai desainer sekaligus womanpreneur menyiasati pandemi Covid-19 dan menjaga eksistensi ELEMWE? Farah.id berkesempatan berbincang dengan Ibu Lily saat grand opening butik baru ELEMWE di Rawamangun, Jakarta Timur.

F: Apa Makna 2020 bagi Ibu Lily?
LM: Tahun 2020 adalah tahun terberat bagi kita semua. Tahun yang menghadirkan banyak cobaan, dan banyak hal terjadi di luar dugaan saya sebagai desainer, pelaku usaha, maupun pengajar. Tapi bagaimana pun juga, semua harus dijalani sebaik-baiknya. Salah satu hikmah dari pandemi adalah mengajarkan kita untuk bisa berkolaborasi, lebih mengenal satu sama lain, dan saling membantu.

F: Sepanjang tahun 2020, ELEMWE terlibat di beberapa program yang bekerja sama dengan berbagai instansi. Salah satunya di ajang Ibu Ibukota Awards 2020 yang digagas Ibu Fery Farhati. Apa yang ingin dicapai ELEMWE?
LM: Di tengah cobaan, saya yakin Tuhan pasti memberi jalan bagi umatnya yang mau berusaha. Alhamdulillah, di tahun 2020 ELEMWE terlibat dalam beberapa kegiatan bekerja sama dengan instansi pemerintah maupun BUMN.

Salah satunya mendapat kepercayaan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat masker untuk dibagikan kepada warga Jakarta. Dan saat mendapat kepercayaan itu, kami tidak melupakan teman-teman lain.

Kami mempekerjakan para penjahit di seluruh Jakarta untuk membuat masker. Alhamdulillah bisa membantu mereka yang selama pandemi tidak ada pekerjaan. Demikian juga di Ibu Ibukota Awards, saya mengenal banyak pelaku UKM dan kami bersinergi, saling mempromosikan produk-produk kami.

Di tahun 2020, ELEMWE fokus pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pandemi. Kami men-support pembuatan alat kesehatan, APD, juga men-support wardrobe untuk talk show seputar pandemi. Jika ada pihak yang membutuhkan produk yang saya tidak punya, saya mengajukan teman-teman yang bisa menyediakannya. Di saat susah sekarang ini, sangat penting untuk saling membantu.

F: Bagaimana dengan penjualan produk ELEMWE selama tahun 2020?
LM: Karena semua fashion event dibatalkan, ELEMWE mencari jalan melalui kerja sama dengan pemerintah provinsi, instansi pemerintahan seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, bank, juga BUMN.

Karena sektor ekonomi benar-benar terpuruk, hampir semua pengusaha mengalami kemunduran, yang masih bisa bergerak adalah instansi pemerintah dan BUMN. Saya mengarahkan penjualan produk ELEMWE ke sana.

Seperti misalnya pada event Karya Kreatif yang digelar Bank Indonesia, kegiatan yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, juga Dinas Perdagangan. Kami mengikuti pameran produk maupun peragaan busana.

Saya tidak bisa membatalkan pesanan ke para perajin karena saya ingin kita semua tetap bisa berkarya. Karena itu saya mencari peluang ke Pemprov dan BUMN untuk menjual koleksi kami.

Terus terang, saya merasa kurang sreg dengan konsep virtual fashion show. Karena tidak menyaksikan langsung, antusiasme tidak terasa dan penonton tidak bisa memegang bahan pakaian yang dikenakan para model. Tapi ya, ini memang satu konsekuensi pandemi yang harus dijalani.

F: Mengapa Ibu kemudian membuka kafe dan studio?
LM: Tahun lalu, banyak pelaku UKM mendatangi saya. Mereka meminta izin menaruh produk mereka di butik ELEMWE. Mereka kebingungan mencari pembeli, tidak punya sarana promosi, dan tidak punya galeri. Misalnya wadah pot yang terbuat dari koran dan tas tangan yang terbuat dari kayu serut. Untuk wadah pot, saya membantu menawarkannya ke komunitas pecinta tanaman.

Akhirnya saya pikir, kami bisa berkolaborasi. Maka terpikirlah untuk membuka kafe. Saat pandemi, bisnis kuliner termasuk yang masih bisa bertahan. Lahirlah kafe Factorial yang di sana terdapat galeri untuk memajang produk milik teman-teman UKM.

Lalu karena mengetahui banyak teman punya produk bagus tapi tidak bisa dipromosikan dengan baik karena tidak punya fasilitas untuk pemotretan produk, antre lama untuk ikut pelatihan promosi UKM, dan alasan-alasan lain, akhirnya tercetus membuat Di Studio Jakarta.

Studio ini bisa dipakai untuk kebutuhan pemotretan produk, pelatihan, meeting dengan klien baik secara langsung maupun virtual, juga sebagai workspace. Ini adalah usaha ELEMWE men-support para pelaku UKM agar bisa bertahan.

Tentu saja kami mendukung mereka yang memang serius mengelola UKM, yang memang ingin maju. Kami punya tim penyeleksi untuk memilih UKM yang akan bekerja sama dengan kami.

Tak hanya berkolaborasi dengan sesama pelaku industri kreatif, kami juga melihat banyak mahasiswa—terutama jurusan fesyen—kesulitan mencari tempat magang selama pandemi. Karena itu kami membuka pintu untuk mereka. Unit usaha kami bernaung di perusahaan dalam bentuk PT hingga kami bisa mengeluarkan sertifikat resmi untuk membantu tugas akhir mereka.

Semua yang saya lakukan adalah memberikan wadah tak hanya bagi diri sendiri tapi juga untuk orang lain agar tetap bergerak serta menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang meski dihimpit pandemi.

F: Apa yang disiapkan ELEMWE untuk tahun 2021?
LM: Ada dua koleksi baru yaitu Ayana dan Wang Sanayan. Koleksi Wang Sanayan terinspirasi dari ‘hidup’nya daerah Jakarta Selatan selama pandemi, mulai dari bisnis kuliner hingga fesyen. Karena itu lahirlah motif khas seni budaya dan landmark Jakarta Selatan seperti jalan Semanggi dan GOR Bung Karno Senayan.




NINA NUGROHO Hadirkan “Peuhaba” di IN2MF 2024: Sustainable Modest Fashion Indonesia dalam Keindahan Wastra Nusantara

Sebelumnya

Perjalanan 7 Tahun SA Naturel: Shandy Aulia Kenalkan Line Produk Baru yang Segar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA