Pandemi telah lama melanda, pola kehidupan manusia berubah dramatis, tapi peran ibu sebagai madrasah utama tidak tergantikan, malah menemukan kekuatannya tersendiri/ Net
Pandemi telah lama melanda, pola kehidupan manusia berubah dramatis, tapi peran ibu sebagai madrasah utama tidak tergantikan, malah menemukan kekuatannya tersendiri/ Net
KOMENTAR

Mereka pun berkumpul di tempat dan hari yang telah ditentukan, Rasulullah lalu mendatangi mereka dan mengajarkan kepada mereka apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau. (Isham bin Muhammad Asy-Syarif, buku Syarah Kumpulan Hadits Shahih Tentang Wanita)

Nah, begitulah gambaran kualitas muslimah yang tidak mau ketinggalan zaman, yang haus dengan ilmu, yang gigih membuka cakrawalanya. Peran ibu bukannya tertinggal di landasan sementara anak-anak dan suaminya terbang ke langit yang luas. Hebatnya, kesadaran untuk memiliki bekal diri yang mumpuni ini telah muncul di sanubari muslimah belasan abad yang lampau.

Indikator ketiga, membangun teamwork yang solid.

Seorang ibu bukanlah wonderwomen yang serba bisa, tanpa kenal lelah dan tangguh 24 jam nonstop. Itu mustahil, bahkan di dunia imajinasi pun, di film kartun sekalipun wonderwomen juga lelah, payah dan terkadang malah terkapar. Apalagi di dunia nyata, betapa berat yang dipikul ibu sebagai madrasah.

Jangan terbuai dengan slogan the power of emak-emak. Ya, emak-emak memang punya kekuatan, tetapi bukan berarti segalanya beban mesti tertumpu ke pundak emak-emak. Mesin pun bisa meletus bila dipakai terus-menerus, apalagi emak-emak!

Ajaklah seluruh anggota keluarga untuk berhimpun, mulai dari suami, istri dan anak-anak demi membangun tim yang solid. Mereka semua dihimbau untuk menghitung ulang semua beban yang ada di rumah tangga, terutama urusan pendidikan. Dan semua pihak diminta untuk proaktif, dan berjuang bersama menyukseskan agenda-agenda utama tersebut.

Bukan hanya emak-emak, tetapi suami dan anak-anak perlu memahami arah baru pendidikan di masa pandemi, di mana seluruh pihak perlu berjuang lebih keras dan lebih fokus dalam memperbaiki diri.

Kehidupan memang tidak mudah, pendidikan tidak lagi segampang mengirim anak ke sekolah atau menitipkannya ke pesantren. Oleh sebab itu segenap kekuatan perlu dihimpun agar madrasah itu tegak dan berjaya sejak dari rumah masing-masing.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur