Cinta Ilahi.
Itulah hakikat cinta. Cinta tertinggi, yang tidak akan pernah kehilangan energi. Cinta yang menguatkan. Cinta yang memberi petunjuk. Cinta di atas cinta.
Kita mencintai anak, istri atau suami atas alasan mencintai Ilahi. Insyallah cinta inilah yang menenangkan. Atas dasar cinta Ilahi ini, bahkan dalam krisis ekonomi yang paling memilukan, suami istri malah menemukan raut semesta cinta yang lebih rancak.
Teguhnya mahligai rumah tangga tergantung kepada pondasinya, cinta Ilahi itu amatlah dalam, kuat, tangguh dan menyelamatkan dunia akhirat.
Krisis keuangan hanyalah bagian dari episode kehidupan, tanpa pandemi ini pun kita tidak akan sepi dari persoalan macam begini. Dan sesungguhnya keluarga kita insyallah kuat melaluinya, asalkan kita percaya ada cinta yang digdaya menaunginya.
Tersebutlah seorang janda beranak 9 bocah di kaki gunung. Dia bekerja sebagai buruh tani. Tidak bersekolah tinggi bukan berarti janda itu tidak paham hakikat cinta. Jangan ditanya macam apa krisis ekonomi yang menerjangnya.
Namun janda itu menanamkan kekuatan hati pada anak-anaknya. Ada cinta yang lebih tinggi, yang akan membuat bocah-bocah itu tidak perlu takut dengan krisis keuangan. Itulah cinta di atas cinta.
Identitas janda ini tidak elok disampaikan, demi menghormati privasi. Terlebih kini 9 anaknya berada di menduduki jabatan strategis di negara ini, bahkan posisi terhormat di lembaga dunia. Mereka percaya dengan cinta di atas cinta, sehingga tidak goyah apalagi menyerah dengan kemelut dunia.
KOMENTAR ANDA