Ilustrasi anak bersedih/ Net
Ilustrasi anak bersedih/ Net
KOMENTAR

LAPORAN kesehatan terbaru di Amerika Serikat menunjukkan, semakin banyak anak-anak sekolah yang mengelami gangguan kesehatan mental sebagai afek dari pandemi Covid-19 yang panjang dan berkelanjutan.

Di antara efek yang paling banyak dilaporkan di antaranya adalah munculnya kecemasan, depresi, menyakiti diri sendiri, dan niat untuk bunuh diri.

Seperti kita ketahui, pandemi telah memaksa memindahkan ruang kelas jutaan siswa ke dunia virtual. Imbasnya, mereka menghabiskan berjam-jam di depan komputer, tanpa bermain game atau mengobrol dengan teman secara langsung dan melewatkan kelas olahraga dan seni atau musik secara langsung.

Sarah Frank, salah satu remaja asal Florida berusia 18 tahun, yang tidak meninggalkan rumah sejak Maret karena dia tinggal bersama kerabat yang dianggap berisiko tinggi jika mereka tertular Covid-19, berkisah tentang apa yang dirasakannya selama pandemi.

"Ada banyak kesepian bagi saya dan remaja lainnya," ujarnya, seperti dikutip dari AFP, Senin (8/2).

"Saya mengalami hari-hari dimana saya merasa sangat sedih, dan sedikit putus asa. Rasanya seperti mimpi buruk yang tidak pernah berakhir," tambahnya.

Beruntung, di tengah keputusasaannya, Sarah kemudian mendirikan State of Mind Project pada bulan Juli, sebuah situs web dengan tip kesehatan mental dan fisik untuk remaja.

"Saya melewatkan banyak pengalaman sekolah menengah yang tidak akan pernah saya dapatkan kembali. Saya tidak pernah pergi ke pertandingan sepak bola, saya tidak pernah pergi ke pesta dansa," katanya.

Sementara, Deanna Caputo, seorang psikolog dan ibu dari dua anak yang mengatakan dia melihat tanda-tanda depresi pada putranya yang berusia 10 tahun sejak kelasnya di Arlington, Virginia berubah menjadi kelas virtual pada bulan Maret.

"Dia bangun di pagi hari dan kembali tidur sampai siang. Dia murung. Dia mulai mengatakan hal-hal seperti 'Aku tidak pintar, aku tidak pandai dalam hal apa pun'," kata Caputo.

Dia mengatakan tahu bahwa anak-anak lain bahkan mengalami hal yang lebih buruk daripada anaknya.

 "Yang saya dengar hanya tentang memulai pengobatan. Mereka (orang tua) tidak bisa menemukan terapis, karena permintaan yang tinggi," kata Caputo.

Caputo, yang merupakan anggota asosiasi Orang Tua untuk Pendidikan Arlington yang secara aktif melobi agar sekolah dibuka kembali di Arlington County. Dia mengatakan bahwa sekolah-sekolah disandera oleh serikat guru.

Laporan CDC baru-baru ini mengatakan bahwa sekolah aman dibuka kembali, jika tindakan pencegahan yang tepat dilakukan, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak.

Tetapi banyak serikat guru yang menolak untuk kembali ke kelas.  

Di Chicago, walikota memerintahkan sekolah dasar untuk dibuka kembali tetapi serikat pekerja menolak, menuntut vaksinasi untuk semua guru dan mengancam akan melakukan pemogokan.

Sementara itu, kasus bunuh diri remaja telah mengalami peningkatan di Amerika Serikat selama satu dekade. Meskipun belum ada data untuk tahun 2020, tetapi jumlah yang terjadi dari Clark County, Nevada, yang mencakup Las Vegas, menimbulkan kekhawatiran.

Sembilan belas siswa telah bunuh diri di sana sejak Maret, lebih dari dua kali lipat jumlah untuk periode yang sama tahun sebelumnya di wilayah tersebut.

Meskipun kasus mereka tidak dapat dikaitkan langsung dengan pandemi, pihak berwenang dengan cepat mengumumkan bahwa sekolah akan dibuka kembali.

Susan Duffy, seorang profesor pediatri dan pengobatan darurat di Brown University di Rhode Island, mengatakan bahwa virus corona telah menjadi "krisis medis" untuk orang dewasa, dan telah menjadi "krisis kesehatan mental" untuk anak-anak.

Antara Maret dan Oktober tahun lalu, kunjungan rumah sakit untuk keadaan darurat kesehatan mental oleh anak-anak berusia 12 hingga 17 tahun meningkat 31 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pemerintah.

Untuk anak-anak berusia lima hingga 11 tahun, kunjungan meningkat 24 persen, menurut temuan CDC.

Duffy mengatakan, dia dan rekan-rekannya di rumah sakit lain di seluruh negeri memperhatikan jumlah percobaan bunuh diri yang lebih tinggi di kalangan anak muda.

"Kami melihat lebih banyak anak dengan niat untuk melukai diri sendiri. Ini lebih terkait dengan benar-benar melakukan upaya bunuh diri, yang sangat, sangat mengkhawatirkan," katanya kepada AFP.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News