Rekannya yang menjadi dosen juga iri, betapa beruntungnya ibu muda itu dengan keluarganya. Dalam pandangannya, keluarga merupakan kemewahan yang luar biasa, karena dirinya telah bercerai, dua kali malah.
Sahabatnya yang jadi pebisnis kaya tak kalah iri kepada ibu muda tersebut. Di balik kejayaan bisnisnya yang berlimpah harta, ada keperihan yang memilukan hati. Ia malah belum juga menikah, sudah sering berusaha taaruf selalu saja kandas di tengah jalan.
Ibu muda itu memang perlu banyak bersyukur dengan pencapaian yang telah dianugerahkan Allah, yakni nikmat berkeluarga. Akan tetapi bukan pula itu artinya dia harus mengubur hidup-hidup segala impian masa mudanya.
Belajarlah dari para senior yang berhulu dari profesi ibu rumah tangga, toh mereka juga mampu meraih mimpi yang lebih besar dari impian sebelumnya. Karena dengan menikah kematangan diri juga bertambah, sehingga memahami bahwa segalanya butuh proses.
Ingat, Allah saja menciptakan alam semesta dan segenap isinya by process. Sekali pun Tuhan pastinya mampu menciptakan apapun dengan cepat melebihi kilat, tetapi tetap saja segalanya melalui tahapan proses. Kalau Allah saja memilih berproses, kenapa manusia maunya buru-buru, memangnya kita siapa?
KOMENTAR ANDA