BERBAGAI cara ditempuh orang agar dirinya tampak bercahaya, dari itu pula pusat pelayanan aura menjadi laris, seminar inner beauty makin digemari, kini pun anak-anak muda keranjingan menyebut-nyebut glowing segala. Intinya, banyak orang yang ingin tampak bercahaya. Kelihatannya manusia tidak mau ketinggalan dari malaikat, yang sejatinya memang makhluk cahaya.
Heboh-hebohnya tak berhenti sampai di sini saja, giliran rumah pun ingin disulap bermandikan cahaya, maksudnya, kediaman yang memancarkan aura. Dari itulah, seorang nyonya besar mendatangkan pakar Fengshui, yang dengan teliti mengamati tiap sudut rumahnya.
Pakar Fengshui ini berkesimpulan, rumah bak istana itu auranya gelap, tidak memancarkan cahaya. Akibatnya rezeki pun terhambat, bisnis suaminya merosot bukan karena pandemi melainkan aura rumah yang gulita. Lha!?
Nyonya besar manut saja, dan berhasrat pakar Fengshui berkenan membuat rumahnya kembali bercahaya. Karena penerangan gemerlap selama ini tidak memberi pengaruh positif bagi aura rumahnya.
Keputusan kontroversial pun dibuat, pakar Fengshui menyuruh pintu depan rumah dibongkar, lalu ditutupi tembok. Pintu akhirnya dipindahkan posisinya, alasannya, agar aura rumah terpancar. Keputusan ini segera ditaati, pintu rumah pun pindah lokasi, meski para tamu sering bingung, masuk rumah besar kok dari pintu kecil di samping pula.
Sebetulnya, siapapun berhak mengupayakan aura rumahnya agar bercahaya, akan tetapi tentunya perlu dengan cara yang benar dan masuk akal. Syukurnya, dalam sejarah peradaban Islam, ada lho dibahas perihal aura rumah yang bermandikan cahaya.
Dan orang yang mampu mencapai itu salah satunya adalah Kabsyah binti Rafi yang dikenal juga dengan sebutan Ummu Sa’ad. Dia memiliki berbagai keutamaan diri yang menarik untuk dikaji. Salah satunya, ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, Kabsyah termasuk dalam golongan perempuan yang pertama kalinya memeluk agama Islam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, ia berkata, Muhammad bin Umar memberitakan kepada kami, Ibnu Abi Habibah memberitakan kepada kami dari 'Ashim bin Umar bin Qatadah, ia berkata bahwa wanita pertama yang berbaiat kepada Nabi adalah ibunda Sa'ad bin Mu’adz, yaitu Kabsyah binti Rafi bin Ubaid, dan Ummu Amir binti Al-Khuthaim. (Yahya Ismail dalam buku Hubungan Penguasa-Rakyat)
Sikap spektakuler lainnya yang ditunjukkan Kabsyah adalah mengirimkan putra-putra terbaiknya ke medan perang mendampingi Rasulullah, berjihad membela agama Allah. Dan yang mencengangkan publik, keanggunan auranya terpancar tatkala Kabsyah menunjukkan ketabahan yang menakjubkan ketika salah seorang putranya syahid.
Sebagaimana yang dikisahkan oleh Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam buku Jati Diri Wanita Muslimah, bahwa Kabsyah binti Rafi, ibu dari Sa'ad bin Mu’adz. Pada waktu Perang Uhud, dia menghampiri Rasulullah yang saat itu beliau naik di atas punggung kudanya, sedangkan Sa'ad bin Mu’adz memegangi tali kendalinya.
Sa’ad berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, itu adalah ibuku.”
Beliau bersabda, “Selamat atas kedatangannya.”
Beliau berdiri di hadapannya dan Kabsyah juga mendekat ke arah beliau, lalu beliau mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Amr bin Mu’adz, anaknya, memberikan kabar gembira kepadanya dan kepada keluarganya sebagai orang-orang yang akan memberi kesaksian di surga. Lalu beliau mendoakan bagi keluarganya.
Kabsyah berkata, “Jika aku rela melihat engkau selamat, maka segala musibah adalah kecil.”
Pembahasan ini menjadi makin menarik, bila dikutip pendapat dari Ahmad Khalil Jam’ah dalam buku 70 Tokoh Wanita Dalam Kehidupan Rasulullah:
Tahukah Anda semua, siapakah wanita yang dari rumahnya di Madinah terbit cahaya Islam? Ia adalah Kabsyah binti Rafi bin Ubaid Al-Anshariyyah, Ummu Sa’ad bin Mu’adz. Dia adalah wanita yang memiliki amal kebajikan yang besar. Kabsyah menikah dengan Mu’adz bin An-Nu’man Al-Asyhali. Ia melahirkan 6 anak, yaitu Sa’ad bin Mu’adz, Amr, Iyas, Aus, Aqrab, dan Ummu Haram bin Mu’adz bin Nu’man.
Kabsyah dikenal juga dengan sebutan Ummu Sa’ad, sesuai dengan nama putranya yang termasyhur itu.
Betapa besar kebahagiaan Ummu Sa’ad ketika sampai kepada telinganya bahwa Rasulullah telah menyebutkan rumahnya dan rumah-rumah kaum Anshar dengan sangat baik. Nabi Saw., bersabda, “Sebaik-baik rumah kaum Anshar adalah rumah Bani An-Najjar, kemudian rumah bani Abdu Al-Asyhal, kemudian rumah bani Al-Harits bin Al-Khazraj, kemudian rumah bani Sa’idah, di dalam setiap rumah kaum Anshar ada kebaikan. (Diriwayatkan Asy-Syaukani dan Tirmidzi)
Berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam juga membuat Kabsyah menunjukkan perang penting, dan semakin mematangkan aura dirinya sebagai muslimah sejati.
Aisyah pernah ditimpa fitnah yang keji, yang dihembuskan oleh golongan munafik. Mereka memfitnah istri mulia Rasulullah itu telah berselingkuh, fitnah itu amat mengguncang Aisyah, Rasulullah dan segenap kaum muslimin. Dan Kabsyah menunjukkan kualitas dirinya dan menggunakan kekuatan auranya menangkal fitnah itu.
Sebagian dari sikapnya yang cemerlang, ia memiliki sikap yang diberkahi terhadap Aisyah pada peristiwa haditsu al-ifk. Cerita bohong yang dihembuskan oleh orang-orang munafik. Ummu Sa’ad memuji Aisyah; bersaksi akan keutamaan, kesucian, bakti dan ketakwaannya.
Sebagian dari ucapannya yang indah adalah:
Engkau bertakwa kepada Allah dalam sepi.
Di dalamnya rahasia nikmat yang diidamkan.
Itulah kenyataan dan semangat teladan terbaik bagi para wanita.
KOMENTAR ANDA