IBADAH puasa di bulan Ramadhan merupakan suatu keistimewaan tersendiri bagi umat muslim. Karena di bulan suci nan penuh berkah ini, umat muslim diajak untuk berlomba-lomba dalam menahan diri dari hawa nafsu.
Namun sebenarnya, apa makna di balik perintah ibadah puasa Ramadhan?
Pendiri Pusat Studi Alquran M, Quraish Shihab dalam MQS Podcast menjelaskan lebih mendalam di balik ibadah puasa ramadhan.
Puasa Dikenal Di Semua Agama
Quraish menjelaskan, puasa atau menahan diri sebenarnya dikenal oleh agama-agama besar di dunia, bahkan oleh masyarakat dunia saat ini.
"Berbicara tentang agama, agama kristen kenal puasa, apalagi Katolik. Protestan walaupun tidak mewajibkan puasa tapi menganjurkan puasa," ujar Quraish.
"Agama-agama lain juga begitu, seperti Budha, Hindu, semua ada puasanya, walaupun tidak sama dengan puasa kita," sambungnya.
Dia juga merujuk pada tulisan seorang cendikiawan Mesir kenamaan bernama Abbas Al-Aqqad yang menyebut bahwa "putra putri abad 20 ini melakukan upaya menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yg biasanya dilakukan".
"Di abad 20 ini banyak yang puasa. Protes? Ada yang mogok makan. Itu menahan diri. Ibu-ibu mau langsing? dia puasa," jelasnya.
Bukan hanya itu, merujuk kembali pada tulisan Al Aqqad, di Meksiko, jika ada anggota keluara meninggal, maka keluarga juga akan puasa.
"Yahudi juga begitu. Dulu pada masa Nabi Daud, Yahudi mengenal puasa 40 hari. Tapi Yahudi sekarang-sekarang ini sudah tidak kenal puasa secara umum, kecuali satu hari, yaitu Hari Yom Kippur," terang Quraish.
Hari tersebut adalah hari yang dianggap orang Yahudi sebagai hari pertobatan dan hari damai.
"Mesir dulu pernah menang lawan Israel karena menyerang pada Yom Kippur. Itu serangan betul-betul mendadak, tidak diduga, mereka puasa waktu itu," jelasnya.
"Jadi intinya, agama-agama mengenal puasa," kata Quraish.
Puasa Bukan Untuk Menyiksa Diri
Quraish menjelaskan, puasa merupakan ibadah yang memiliki banyak manfaat. Namun secara spesifik bagi umat Islam, puasa merupakan upaya untuk menahan gejolak nafsu.
"Bukan menjauhi, hanya ditahan," ujar Quraish.
"Kita tidak makan, minum, berhubungan seks, itu dari segi hukum hanya di siang hari," sambungnya.
Oleh karena itu, jika hanya sekedar menjalankan puasa namun tidak ada upaya mengendalikan keinginan diri sendiri, maka makna puasa itu tidak didapatkan.
Puasa Untuk Dirimu Sendiri
Lebih lanjut Quraish membedah firman Allah dalam Al Quran Q.S Al Baqarah Ayat 183 mengenai puasa.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْتَتَّقُوْنَۙ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Pada penggalan "yaa ayyuhalladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman), Quraish mengatakan, "Dia (Allah) tidak katakan yaa ayyuhal mu'min. Jadi orang yang punya iman, walau sedikit diajak ayo puasa. Kalau mu'min itu orang yang sudah mantap imannya,".
KOMENTAR ANDA