JUSTRU ketika shalat itulah kita dapat merasakan dan membuktikan setan itu ada, dengan berbagai muslihat, tipu daya, hingga gangguannya yang betul-betul agresif.
Bayangkan, begitu mulai takbir dengan tujuan meraih khusyuk, seketika itu pula setan dan sekutu-sekutunya menggempur habis-habisan. Shalat itu tiang agama. Makanya keberhasilan menggagalkan kekhusyukan shalat manusia merupakan kemenangan gemilang bagi setan.
Kisah 1#
Ibu itu masih muda. Matanya pun terang benderang. Namun sedari tadi dia hilir mudik, mencari-cari jarum yang hilang. Semut mungil kerdil pun dapat dilihatnya, akan tetapi jarum tak kunjung tampak. Hingga azan berkumandang, kegiatan menjahitnya praktis terhenti.
Sebelumnya ibu nan cantik itu membaca buku bimbingan shalat khusyuk, dan kali ini akan berusaha keras mengamalkannya. Dia ingin sekali merasakan kenikmatan shalat, ibadah yang teramat tinggi nilainya.
Anehnya, justru dalam shalat itu ingatannya pulih. Seolah di matanya ada tayangan live, tatkala tadi dirinya yang menyimpan jarum di laci. Akhirnya, jarum berhasil ditemukan, kegiatan menjahit dapat dilanjutkan. Sayangnya khusyuk pun melayang entah kemana dan ibu muda itu menyesalinya.
Kisah 2#:
Karena telah amat lama menjadi pemateri shalat khusyuk, seharusnya mudah bagi dirinya meraih khusyuk, setidaknya begitulah pandangan orang-orang, terlebih lagi para jamaah setianya. Akan tetapi pendakwah kondang itu meragukannya. Kenapa?
Dia berupaya keras menyingkirkan bayangan, imajinasi atau khayalan duniawi; jadi tidak ada tuh menyelusup di dalam shalatnya perihal anak akan kuliah dimana, pengajian yang paling tebal amplopnya, laba melimpah dari bisnis umrahnya dan lain-lain. Godaan dunia tidak mampu menggoyahkan perjalanan meraih khusyuknya. Adakah itu pertanda khusyuk telah berhasil dipeluk?
Ah, nanti dulu!
Pada rakaat terakhir, ada kebanggaan yang menyeruak di relung hatinya, tentang ibadah yang amat giat ditegakkannya, mengenai dakwah yang kian gencar dan khusyuk yang diraihnya dalam shalat, sampai-sampai terbitlah imajinasi tentang 7 jenis surga, yang manakah akan dipilihnya sebagai ganjaran pahala selama ini?
Tidak mampu menggoyahkan dengan godaan duniawi bukan berarti setan akan berputus asa. Musuh terbesar anak cucu Adam itu menebar ranjau hati berupa janji manis ukhrawi. Kebanggaan meraih khusyuk itu dipolesnya dengan janji surga. Padahal imajinasi indah itu telah merusak khusyuk yang sedang diperjuangkannya.
Terbukti, setan bukan hanya ada tetapi muslihatnya amatlah halus, licin dan menjebak.
Ada ulama yang berpendapat khusyuk dalam shalat itu wajib hukumnya. Artinya, bagi yang tidak khusyuk maka shalatnya tidak diterima. Aduh, keras juga ya pendapat ini! Kalau ini yang dipegang, manakah shalat kita yang diterima Tuhan?
Majdi Abu Uraisy dalam buku Tuntunan Shalat Khusyu' menyebutkan khusyu' dalam shalat hukumnya fardhu wajib, khusyuk merupakan inti, ruh dan makna shalat. Dalilnya adalah surah Al-Baqarah ayat 238, artinya, “Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk.”
Meskipun pendapat ini terkesan keras atau berat, akan tetapi dapatlah kita maklumi, mengingat shalat adalah pertemuan hamba dengan Tuhannya. Sedangkan bertemu manusia saja kita menjaga fokus, mengapa pula tatkala berjumpa dengan Tuhan kita tidak khusyuk?
Ada lagi pendapat lain yang lumayan ringan, setidaknya sekali dalam seumur hidup kita perlu khusyuk dalam shalat. Sekali saja, itu sudah lumayan, tapi benar-benar khusyuk lho!
Tampaknya akan cukup banyak yang berpihak dengan pendapat yang meringankan ini, akan tetapi jangan lengah dulu, sekalipun sekali tetapi khusyuk itu adalah jalan yang teramat terjal, yang jangan-jangan sepanjang hayat tidak sekalipun kita mampu meraihnya. Nauzubillahi minzalik.
Syukurnya, banyak sekali buku terkait shalat khusyuk yang dapat dijadikan pedoman, bahkan juga digelar berbagai pelatihan shalat khusyuk ini. Akan tetapi semua itu kembali lagi kepada sekuat apa daya upaya kita, khusyuk memang berat tetapi bukan pula mustahil. Ketika banyak orang telah menikmati indahnya shalat berkat meraih khusyuk, maka kita hendaknya tidak pernah menyerah.
Agar kita terus optimis memperjuangkan khusyuk, hendaknya diserap pula kisah heroik dari Ali bin Abi Thalib. Pada suatu peperangan, sebuah panah menancap di kakinya, setiap kali dicabut malah membuat Ali kesakitan. Apabila panah itu dibiarkan menancap, maka akan membahayakan keselamatan Ali, lalu bagaimana solusinya?
Haidar Bagir dalam buku Buat Apa Shalat?! menceritakan, pernah kaki Imam Ali terkena anak panah dalam suatu peperangan. Beliau tidak mampu menahan rasa sakit setiap kali para sahabat berusaha untuk mengeluarkannya. Akhirnya, mereka menghadap Rasulullah untuk menyampaikan perihal yang menimpa Imam Ali.
Rasulullah bersabda, “Cabutlah anak panah itu ketika ia sedang shalat.”
Selesai shalat, Ali bertanya, “Dari manakah asal darah yang berceceran ini?”
Mereka menjawab, “Ini adalah darah Anda. Kami mengeluarkan anak panah yang menancap di kaki Anda pada waktu shalat.”
KOMENTAR ANDA