Imam Ali berkata, “Demi Allah yang nyawa Ali berada dalam genggaman-Nya saya sungguh tidak mengetahui hal ini.”
Terlihat dalam shalatnya Ali bin Abi Thalib mampu melepaskan dirinya dari apapun itu, termasuk membebaskan dirinya dari rasa sakit. Intinya melepaskan diri dari belenggu dunia hingga kita hadir seutuhnya di haribaan Ilahi, dengan begitulah khusyuk itu akan tercapai.
Khusyuk itu terkait dengan kemampuan kita fokus mengerahkan konsentrasi menghadap Allah, dan seiring itu pula dalam shalat kita dituntut menepis segala bayangan, hayalan atau imajinasi apapun. Apabila godaan itu tiba, segeralah menghapusnya dan kembali fokus terhadap Allah semata.
Tidak masalah kalau kita menemui banyak rintangan dalam meraih khusyuk. Karena itulah hakikat kehidupan dunia, banyak godaan dan rayuan. Khusyuk tidak mudah, akan tetapi bukankah yang sulit itu menjadikan hasilnya terasa lebih manis.
Jadikanlah adanya setan itu sebagai pemacu diri meraih khusyuk. Agar ada perjuangan, supaya ada upaya keras meraih puncak tertinggi dari shalat kita.
Setan tidak akan pernah menyerah supaya shalat kita terganggu. Akan tetapi sesungguhnya kita lebih kuat dari setan itu, insyallah khusyuk akan dapat diraih sehingga kita merasakan saripati ibadah tertinggi.
KOMENTAR ANDA