Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MENDADAK saja suami itu berubah total. Perubahan yang tentunya menggemparkan keluarga, sanak saudara, tetangga dan juga masyarakat. Orang-orang tidak habis pikir, apa yang tengah merasuki lelaki ajaib itu?

Tiba-tiba saja dia menghapuskan banyak kegiatan di luar, apalagi yang cuma acara kumpul-kumpul tanpa makna, semata-mata agar dirinya demi menyediakan lebih banyak waktu di rumah.

Kemudian lelaki itu menyibukkan diri mengurus anak-anaknya, ikut memandikan dan menyuapkan makan. Dengan ringan tangan, ia menyapu, mengepel atau membersihkan rumah, ketika dua orang pembantu memutuskan hengkang. Lelaki itu yang meluangkan waktu ikut memasak makanan, tidak selalu sih tetapi lumayan sering juga.

Dalam sehari, dirinya berkali-kali mengingatkan istri untuk beristirahat yang cukup di malam hari, dan berupaya tidur siang meski sekejap. Lelaki itu memberi pengertian pada anak-anak yang masih kecil agar memberi ketenangan tatkala ibu sedang beristirahat.

Bagi orang-orang yang mengenal tabiat dirinya sejak lama, perubahan itu memang mencengangkan. Maklum, sebelumnya lelaki itu tak mau tahu urusan rumah tangga, tidak mengenal dapur, nyaris tidak mengurus anak-anaknya dan lebih gemar berkegiatan di luar. Apa yang jadi penyebab perubahan itu?

Salah seorang sahabatnya baru saja berduka cita setelah kematian istri tercinta. Meski sempat dirawat di rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong. Dari masa sakit hingga ke pemakaman, lelaki itu turut mengurusi almarhumah istri sahabat baiknya. Dan lelaki itu tahu pasti tatkala dokter menyebutkan istri temannya itu amat kelelahan, organ-organ tubuhnya tidak kuat lagi menanggung demikian berat beban.

Dia pun berpulang ke pangkuan Tuhan.

Apa sih pekerjaan suami? Satu saja, yaitu mencari nafkah.

Lalu apa pekerjaan istri? Juga satu saja, yaitu semuanya.

Kita dapat membayangkan betapa istri terpaksa lebih perkasa dibanding wonderwomen, yang harus mengerjakan banyak hal bahkan dalam waktu yang bersamaan; ketika menyuapkan makan anak, dia tetap menjalankan bisnis online di ponsel, mendengar-dengar air yang lagi direbus di dapur, mengamati kalau-kalau mesin cuci sudah selesai beroperasi dan otaknya pun merancang penghematan uang belanja untuk bulan ini, agar dapat bersisa untuk membayar uang kuliah magister suami tercinta.

Bayangkan!

Nah, berkat membayangkan itulah lelaki di kisah pembuka mengalami perubahan drastis.

Namun, perubahan itu hendaknya juga kembali kepada diri kita masing-masing. Hormatilah batasan dirimu agar tidak menimbulkan kerusakan kepada kehidupanmu.

Mesin saja bisa meletus, apalagi tubuh manusia yang terdiri dari perpaduan tulang, daging hingga cairan. Ingatlah itu!

Karena terlalu dipaksa menanggung beban berat, akibatnya belum tua sudah sakit-sakitan, bahkan di antaranya mati muda sebab badan tidak sanggup lagi menjalani beratnya beban.

Tuhan memberi kita waktu dua puluh empat jam sehari dan itu cukup untuk melakukan berbagai hal, termasuk menyediakan bagi diri kesempatan beristirahat yang cukup.

Surah surat Al-Qashash ayat 73, yang artinya, “Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Jilid 6 menerangkan, tidur yang pulas beberapa jam menimbulkan kembali kesegaran pada urat-urat syaraf, yang istirahat itu bukan saja badan jasmani, malahan pikiran pun perlu diistirahatkan. Malam untuk bertenang dan istirahat. Siang untuk bergiat dan bekerja.

Tanda bersyukur ialah pandai mempergunakan peredaran siang dengan malam itu sebaik-baiknya. Ada waktu untuk ibadah kepada Allah, ada waktu untuk menuntut ilmu, ada waktu untuk berusaha mencari kurnia Allah di muka bumi dan ada pula waktu untuk istirahat.

Kemampuan fisik manusia beda-beda, jadi jangan samakan kemampuan diri kita dengan orang lain. Akan tetapi seluruh makhluk hidup sama-sama butuh istirahat, lahir maupun batinnya.

Seorang perempuan berhenti bekerja, padahal profesinya itu cukup dengan berkegiatan di rumah saja dan penghasilannya amatlah besar. Setelah berbulan-bulan bekerja seperti kalong, dia merasakan kondisi fisiknya jauh merosot. Keputusannya berhenti makin bulat ketika tiga sahabatnya yang berprofesi sama dan satu tim dengan dirinya telah meninggal dunia.

Tetapi mengapa ada orang yang sepanjang hayatnya kuat bekerja dengan begadang, dan kok baik-baik saja?

Di sinilah kita perlu jujur dengan kemampuan diri sendiri. Jangan lampaui keterbatasan dirimu! Kita ini manusia biasa, bukan tercipa dari adonan besi dan baja.

Tuhan memberi kita limit, agar manusia memberikan hak-hak tubuhnya, utamanya yang berkaitan dengan istirahat.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur