SELALU bingung karena penghasilan ‘raib’ di tengah bulan padahal kita merasa sudah berhemat sekuat tenaga?
Menurut perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie, SE, Mcom, GcertFinPlanning, CFP, QWP kecerdasan mengatur keuangan harus dimiliki setiap individu. “I’ts not how much you make, but how much you spend that matters,” tulis Dosen FEB Universitas Indonesia ini dalam laman Instagramnya, @pritaghozie.
Berikut ini tips mengatur penghasilan di bawah 10 juta rupiah untuk satu rumah tangga ala Prita Ghozie.
First Things First
Berapa pun penghasilan yang didapat, menurut Prita, kita wajib berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Dalam agama Islam misalnya, Prita mencontohkan zakat dan sedekah. Atau kita bisa mengeluarkan donasi rutin melalui platform penggalangan dana terpercaya untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Budgeting System Yang Tepat
Kita harus bisa mematuhi metode pengaturan alokasi finansial yang kita jalankan.
Awalnya kita mungkin hanya berpatokan dengan Metode Komitmen yang sangat sederhana. Metode itu adalah membagi penghasilan menjadi 2 bagian: pengeluaran (75%) dan tabungan (25%).
Setelah itu, kita bisa menjalankan Metode Living-Saving-Playing dengan pembagian sebagai berikut.
Alokasi Living, yaitu dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) termasuk tagihan dan cicilan. Untuk lajang, alokasi living berupa 30 – 50% dari penghasilan. Sedangkan untuk rumah tangga, alokasi living yang digunakan untuk keperluan keluarga maksimal 70% dari penghasilan.
Alokasi Saving, yaitu dana yang digunakan untuk simpanan darurat, tujuan keuangan terdekat (misalnya biaya pernikahan untuk lajang dan uang pangkal sekolah anak bagi yang sudah menikah), serta investasi (termasuk dana pensiun). Untuk lajang, disiplinlah untuk bisa mengalokasikan 50% dari penghasilan. Sedangkan untuk rumah tangga, usahakan minimal 20% dialokasikan untuk saving.
Alokasi Playing, yaitu dana yang digunakan untuk menyenangkan diri. Untuk para lajang, jangan habiskan lebih dari 20% penghasilan untuk bersenang-senang. Sedangkan untuk mereka yang sudah menikah, alokasi playing baru bisa terlihat apabila semua kebutuhan rumah tangga yang ada dalam alokasi living dan saving terpenuhi.
Prita menambahkan, semakin besar penghasilan harusnya berbanding lurus dengan semakin besarnya alokasi saving. Sebaliknya, semakin besar penghasilan seharusnya berbanding terbalik dengan semakin kecilnya alokasi living. Hingga pada satu titik, alokasi living dan alokasi saving bisa menjadi sama besar.
Salah kaprah yang terjadi di masyarakat adalah semakin besar penghasilan diikuti dengan semakin besar alokasi living. Tak heran bila banyak orang yang terlihat berkecukupan tapi ternyata cash flow bulanannya tersendat bahkan lebih besar pasak daripada tiang.
Investasi
Bagi pemilik gaji UMP namun tetap ingin berinvestasi, Prita mengatakan saat ini banyak platform yang memungkinkan kita memiliki investasi seperti reksa dana atau logam mulia dimulai dengan Rp 10 ribu saja. Karena itu, carilah referensi tempat investasi yang terpercaya dan mulailah dari langkah kecil untuk kepentingan di masa depan.
Pertanyaan yang kerap ditanyakan banyak orang adalah, bagaimana mengatur keuangan jika penghasilan lebih kecil daripada kebutuhan hidup (alokasi living)?
Menurut Prita, setidaknya ada 3 hal yang bisa dilakukan untuk menambah keran penghasilan yaitu dengan berdagang yang halal (produk sendiri maupun menjadi dropshipper), mencari pekerjaan tambahan (part time atau freelance), dan memindahkan aset-aset ‘tidur’ menjadi aset ‘aktif’.
Kedisiplinan finansial merupakan sebuah kebiasaan baik yang harus dijalankan demi kehidupan masa depan yang nyaman, tak hanya untuk kita pribadi tapi juga kelak untuk anak-anak. Kita memastikan bahwa apa yang terasa berat dilakukan saat ini adalah demi tujuan mulia di masa depan.
Peraih gelar Master of Commerce dengan double major Banking & Accounting dari University of Sydney School of Business, Australia tersebut menegaskan bahwa setiap individu harus bersyukur dengan besarnya penghasilan yang saat ini didapat.
“Akan berbahaya jika kita merasa insecure atau iri diam-diam terhadap pencapaian orang lain. Kita akan menjadi malas, cenderung memikirkan uang instan, juga sibuk bergosip tentang pencapaian orang lain. Semua itu hanya akan membuat diri kita sulit bahagia. Be grateful while we can. Always!” pesan Prita.
KOMENTAR ANDA