Padahal, sebenarnya, kalau saja pemerintah konsisten membatasi mobilitasi kerumunan warga disertai dengan alat pemaksa (hukum) tidak akan seambyar ini kondisi kita. Sayang jargon "keselamatan jiwa rakyat adalah utama, hukum tertinggi" menjadi wacana belaka.
Akhirnya membuat Gubernur Jabar dan Gubernur DI Yogyakarta hanya bisa lempar handuk ketika didesak melaksanakan lockdown.
"Tidak ada uang untuk membiayai lockdown," kata Ridwan Kamil, Gubernur Jabar.
Pemerintah pusat, juga Sri Sultan dan Ridwan Kamil tampaknya lupa memperhitungkan azas gotong royong yang menjadi sistem nilai masyarakat kita. Azas saling menolong satu sama lain dalam satu komunitas.
Belum lekang dalam ingatan ketika tahun lalu warga di kampung berinisiasi sendiri menutup akses keluar masuk pemukiman mereka. Pasang bambu kayu di mulut-mulut jalan, membentang spanduk dengan tulisan sekenanya, seperti "Lauk Daun", " Lok Don,"Laud Down" dan macam-macam.
Pokoknya pesannya sampai, yang dimaksud adalah lockdown! Itu sebelum proyek-proyek bansos digelontorkan.
KOMENTAR ANDA