SAYA mengenal pribadi Ardiansyah Bakrie (Ardi) sebagai anak muda yang baik. Hangat. Familiar. Santun. Begitu juga kakaknya, Anin (Anindya Bakrie).
Rasanya, hampir semua anak pasangan Bang Abu Rizal-Mbak Taty yang saya kenal, berpembawaan seperti itu.
Saya juga mengenal baik Nia Ramadhani, istri Ardi. Sejak Nia masih bocah. Ayahnya, almarhum Pia Ramadhani, sahabat saya sejak lama.
Pia Ramadhani dan Bang Abu Rizal Bakrie mengajak Ardi-Nia ketika menghadiri resepsi pernikahan putera kami di Balai Sudirman, Jakarta, 30 Maret 2011. Kami terharu. Betapa rendah hati keluarga ini
Pada Hari Pers Nasional 2019 di Surabaya, saya dengan Ardi satu pesawat pulang ke Jakarta. Kami menumpang pesawat pengusaha James Ryadi.
Dalam penerbangan itu ada Anin, John dan Henry, putra James. Serta beberapa kawan pemimpin redaksi media nasional. Malah, sewaktu ke bandara kami satu mobil juga. Bersama Anin.
Saya sempat memuji kekompakan dua kakak adik itu : Anin dan Ardi. Ardi menceritakan kegiatannya membina olahraga FOBI dan balap motor.
Bangun tubuh Ardi besar dan tinggi. Atletis. Tampak kokoh, ciri anak muda yang merawat diri.
Sebelum pandemi, saya terakhir bertemu Ardi di Djakarta Theater, pada peringatan HUT TVOne dua tahun lalu. Seperi biasa, senyumnya mekar menyambut dan menyapa para tamu. Selebihnya banyak menonton dia tampil dalam acara One Pride dan One Prix yang disiarkan di TVOne.
Di TV berita terkenal itu Ardi pernah menjadi Dirut. Terakhir menjabat sebagai Komisaris Utama. Dalam berbagai peringatan hari besar Nasional Ardi lah yang tampil menjadi ikon TVOne menyampaikan ucapan selamat.
Memori baik tentang Ardiitu, masih erat melekat di benak, ketika diberitakan ditangkap polisi karena mengkonsumsi narkoba.
Sulit mempercayai, tetapi faktanya begitu.
Apa yang terjadi pada Ardi?
Saya menitikkan airmata saat menyaksikan dia berdua dengan Nia, dikawal polisi bersenjata laras panjang saat ditangkap. Mengimpresikan seakan mereka melakukan kejahatan besar.
Keterangan polisi yang menyebut "Ardhi menyerahkan diri" semakin mengacaukan pikiran.
Kasus apa ini sebenarnya?
Saya lalu membaca semua berita di media online yang memberitakan kasus itu. Membaca keterangan polisi yang menjelaskan kronologi peristiwa.
Begitu juga keterangan konferensi pers Kapolres Jakarta Pusat yang disiarkan secara langsung oleh TVOne Sabtu (10/7) petang.
Stasiun televisi milik keluarga Bakrie itu menampilkan Ardi dan Nia berpakaian tahanan warna oranye menghadapi wartawan. Nia setengah terisak membaca teks berisi penyesalan dan permohonan maaf kepada keluarga dan publik.
Fungsi Kontrol Pers
Sebelum lanjut mengulas kasus Ardi-Nia, izinkan saya mengomentari apa yang tampak di layar TVOne.
Luar biasa kebesaran jiwa keluarga Bakrie, Anin, dan Karni Ilyas, pemimpin redaksi lembaga penyiaran itu. Di dalam musibah yang menjerat keluarga dan pimpinan mereka pun, tetap sadar memenuhi kewajiban media pers memberitakan fakta yang menjadi sorotan publik. Meski agak terlambat tiga hari setelah kejadian. Mungkin menunggu setelah duduk perkara sudah jelas. Hal yang sudah lama tidak kita temukan pada media yang dikuasai oleh para penguasa dan pengusaha.
Saya mencatat Karni dan Anin, sekaligus mengirim “pesan” kuat untuk masyarakat. Tentang kewajiban bagi siapapun bersikap ksatria, mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya.
Ibarat kata pepatah "tangan mencingcang bahu memikul". Pesan tentang kewajiban media dan insan pers bersikap independen dalam kasus dugaan pelanggaran siapapun. Hatta, yang menimpa dirinya dirinya dan keluarganya.
"Bravo Bang Karni dan Anin. Langka pemilik dan pemimpin redaksi media bersikap ksatria seperti Anda". Spontan saya menulis itu dan mengirimkan kepada Karni Ilyas dan Anin.
Dengan itu saya menganggap TVOne telah ikut "berinvestasi" merawat kemerdekaan pers. Menumpang pesan itu kita pun berharap TVOne akan terus melaksanakan kewajiban kontrol sosial tanpa ragu. Ini demi kepentingan menjaga marwah kemerdekaan pers Nasional. Kualitas demokrasi.
KOMENTAR ANDA