Banyak kaum profesional berpikir kritis dengan sigap. Ruang virtual menjadi 'panggung' dari segala kreativitas dan inovasi. Semua yang sebelumnya tak terjamah, ogah ditengok, kini menjadi sesuatu yang harus bisa diterima dan dinikmati.
Suka atau tidak suka, pandemi membuat kita beradaptasi. Tanpa pandemi, kemajuan yang kita rasakan saat ini mungkin baru bisa kita rasakan bertahun-tahun mendatang. Pun tanpa pandemi, jiwa kemanusiaan kita mungkin tidak menampakkan tingkat ketulusan seperti sekarang.
Bagi manusia yang mau berpikir, pandemi menjadi bukti kekuasaan Allah sekaligus membuktikan betapa kecilnya kita sebagai hamba. Tapi manusia juga diberi akal untuk bisa terus memperbaiki diri dan memperbaiki lingkungannya agar kehidupannya bisa menjadi lebih baik di masa depan.
Sepenggal firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 286 hendaknya menjadi penopang dan penguat hari-hari kita, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia medapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami..."
Maka, sebenci-bencinya kita pada pandemi, kita mungkin masih bisa mencintainya.
KOMENTAR ANDA