SELAMA pandemi Covid-19 berlangsung, badai sitokin menjadi perbincangan yang tak ada habisnya. Peradangan hebat yang bisa terjadi pada pasien Covid-19 dengan kondisi apapun ini tidak bisa dikira-kira kapan datangnya. Penyebabnya pun cukup kompleks.
Badai sitokin pada pasien covid adalah suatu reaksi sistem imun yang berlebihan dan tidak terkontrol terhadap virus. Reaksi yang berlebihan ini tidak hanya membunuh virus, namun mengakibatkan keradangan yang menyebabkan kerusakan organ inangnya.
"Sebenarnya, badai sitokin ini tidak hanya terjadi pada pasien Covid-19, namun juga semua kasus saat kita sakit, utamanya sakit yang disebabkan oleh infeksi virus," kata dr Ajeng Larasati Andhika Pradana, PRP kepada Farah.id.
Bagaimana Badai Sitokin Terjadi?
Pada kondisi normal, saat virus pertama kali masuk ke dalam sel tubuh manusia, secara otomatis ada antivirus alami yang diproduksi oleh pasien yang terinfeksi. Antivirus itu bernama interferon (IFN).
Selanjutnya, IFN akan cepat melindungi sel-sel di sekitarnya, sehingga virus tidak dapat menginvasi dan menghambat replika virus. Dengan begitu, viral load akan menurun.
Untuk diketahui, IFN memiliki peranan yang sangat penting terhadap viral load tersebut, yaitu mencegah terjadinya keradangan. Sayangnya, pada kondisi tertentu peran IFN bisa tidak optimal atau bahkan tidak terkendali, sehingga jumlahnya tidak sesuai dengan laju kecepatan virus yang masuk ke dalam sel.
Maksudnya, bila respon IFN, paparan virus sedikit, viral load akan cepat turun. Kondisi ini bisa ditemui pada usia muda tanpa kelainan genetik dan pasien tanpa penyakit komorbid.
Bila respon IFN terlambat, maka perkembangan virus semakin banyak, viral load tetap tinggi dan memicu keradangan. Biasanya hal ini terjadi pada lansia dan orang dengan komorbid.
Dan jika respon IFN tidak ada, meskipun paparan virus sedikit atau banyak, keradangan hebat bisa saja terjadi. Inilah yang harus diwaspadai orang dengan kelainan genetik di usia berapapun. Dan, terjadilah badai sitokin.
Gejala yang Dialami Pasien
Dampak Covid-19 pada setiap orang berbed dan terkadang perjalanan penyakitnya pun berbeda. Tidak ada yang mengetahui, kecuali dokter yang biasa merawatnya.
"Namun, biasanya ada beberapa stage yang dilewati pasien Covid-19 saat badai sitokin menyerang," ujar alumnus Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya ini.
• Stage pertama disebut sebagai early respon. Pada tahapan awal ini, biasanya pasien akan mengalami penurunan limfosit atau komponen sel darah putih.
• Stage kedua atau pulmonary phase. Adalah suatu fase yang ditandai dengan adanya perubahan gambaran pada saat rontgen paru.
• Stage ketiga disebut dengan hiperinflamasi. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan penanda inflamasi (IFN, IL6, CRP, dan lainnya) dan cardiac biomakers yang dapat dilihat dari hasil laboratorium.
"Sebagian orang yang sakit akan mengalami reaksi.imun berlebihan atau hiperinflamasi. Pada stage kedua dan ketiga, proses peradangan lebih mendominasi daripada viral load. Bahkan terkadang hasil PCR sudah negatif tapi proses peradangan masih terjadi. Di sini pasien sering dinyatakan telah sembuh, padahal belum," ujar dia.
Karenanya, perlu diwaspadai terjadinya perburukan klinis. Hal ini bisa ditandai dengan demam tinggi setelah hari kelima, batuk atau sesak yang memburuk, dan penurunan saturasi secara bertahap.
Itulah pentingnya pengawasan ketat selama terinfeksi Covid-19, karena badai sitokin bisa terdeteksi lebih awal sehingga pengobatan suportif bisa dilakukan untuk membantu memperlambat progresivitas virus.
Mencegah Badai Sitokin
Penyebab terjadinya badai sitokin sangat kompleks, sehingga pencegahannya pun sulit dilakukan. Namun, bisa diusahakan dengan beberapa cara ini:
1. Disiplin protokol kesehatan untuk meminimalkan para virus. Perlu diketahui, varian Delta mampu menciptakan viral load yang tinggi di dalam tubuh, karena kemampuan kamuflasenya. Dan saat ini, varian Delta sangat dominan di negara kita.
2. Vaksinasi terbukti mengurangi risiko gejala berat dan meninggal akibat Covid-19. Tidak perlu pilih-pilih vaksin, karena virus tidak perlu menunggu.
3. Pola hidup sehat untuk mengoptimalkan kesehatan interferan dan tentara sel imun kita dalam menghadapi virus.
KOMENTAR ANDA