MARILAH kita takjub terpesona kepada junjungan alam Nabi Muhammad!
Bayangkan, beliau mengemban risalah Islam di sepertiga penghujung hayatnya, ketika dirinya menapaki usia senja. Nabi Muhammad menerima amanah kenabian berikut tugas beratnya pada usia 40 tahun.
Tiga belas tahun lamanya beliau berdakwah di Mekkah yang luar biasa banyak cobaan dan siksaan.
Dan beliau pun melakukan hijrah ke Madinah dengan menempuh perjalanan berat, dibayang-bayangi ancaman pembunuhan yang dilakukan musyrikin Quraisy.
Rincian tentang usia Nabi Muhammad yang mulai senja itu dihitung oleh banyak ilmuan, di antaranya Hamka dalam buku Pelajaran Agama Islam 2, yang kedua ialah masa Madinah, atau “sesudah hijrah”. Yaitu 9 tahun, 9 bulan, 9 hari. Dimulai dari awal bulan Rabi'ul Awwal, tahun ke 54 dari umur Nabi Muhammad, tahun pertama hijrahnya, sampai kepada 9 Dzulhijjah tahun 63 dari usianya dan tahun ke 10 dari hijrah.
Jadi rentang usia sekitar 54-63 tahun, Rasul melalui episode Madinah yang luar biasa padat dan berat, yang termasuk di dalamnya berbagai peperangan.
Lalu kapan Nabi Muhammad mengalami perang pertama kalinya? Ya, sekitar usia 56 tahun menjadi panglima di Perang Badar dengan meraih kemenangan gemilang.
Tetapi ini bukanlah yang pertama dan juga terakhir, para ahli sejarah mencatat setidaknya 27 peperangan dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad. Tanpa bermaksud meremehkan siapapun, rasanya kita akan sulit menyamai rekor beliau yang masih perkasa di usia kepala enam. Karena rata-rata manusia di usia senja, jangankan berperang, untuk berlari saja sudah gemetaran lututnya.
Mohon diingat, sejak menapaki usia senja itulah beliau memimpin beberapa perang besar demi membela Islam. Ya, beliau bukanlah panglima di balik meja. Nabi Muhammad adalah panglima sejati yang turut berdarah-darah di medan tempur, dan ketika itu usia beliau telah menapaki kepala enam.
Makin tua bukannya semangat melemah, beliau malah kian segar bugar. Ibarat buah kelapa, justru makin tua kian kental santan yang dihasilkannya.
Nabi Muhammad nyaris tidak pernah sakit. Kegiatan positif yang beliau emban membantunya untuk tetap prima di usia senja. Amanah sebagai pemimpin besar membuat otaknya terus bekerja sehingga terhindar dari kepikunan.
Inilah kesimpulannya, usia senja bukanlah akhir kehidupan, jangan mati duluan sebelum ajal menjelang. Nah, kita pun jangan membiarkan orang-orang tua malah nestapa dalam sepi.
Bukan kebetulan Nabi Muhammad begitu perkasa di usia senja, karena yang beliau buktikan adalah ketangguhan fisik dan juga psikis. Pensiun bukan berarti kalah dengan hempasan gelombang nasib.
Kita tidak akan pernah benar-benar pensiun, karena sesungguhnya kewajiban kita jauh lebih banyak dibanding waktu yang ada.
Barangkali tergolong mission imposible bagi kita untuk benar-benar menyamai sosok Nabi Muhammad. Tetapi, berikut ini adalah beberapa kisah, bagaimana orang-orang memaknai usia senja dengan positif:
Kisah satu:
Pria itu terlihat tua, kondisi senja memang tidak dapat ditutup-tutupi. Tetapi jangan ditanya bagaimana gesitnya lelaki itu. Dia bukannya tertatih-tatih, malahan bergerak lincah. Dia menerangkan, “Saya mengajar di beberapa perguruan tinggi.”
Dapat dibayangkan betapa padatnya jadwal lelaki tua nan enerjik itu. Tetapi dia menikmatinya. Lalu mengapa? Bukankah kehidupannya sudah mapan, apalagi yang dicari?
Dia mengaku, “Biar tidak pikun, saya banyak-banyak mengajar. Supaya otak saya terus bekerja. Saya tak mau pikun.”
Kisah dua:
Inyak, demikianlah panggilan nenek tua itu. Anaknya sudah kaya raya, di istananya yang megah tersedia beberapa asisten rumah tangga. Anehnya, Inyak telah membuat anak-anaknya kecewa.
Pasalnya, Inyak tetap saja melakukan berbagai pekerjaan rumah. Gerakannya gesit kesana-kemari, mulai dari urusan dapur hingga kebun. Dengan alasan, tubuhnya terasa bugar. Dirinya menikmati berbagai kegiatan itu. Badannya sehat dan tidak lagi sakit-sakitan.
Kisah tiga:
Bagaimana kita memahami kakek nenek yang menanam benih pohon. Mana mungkin mereka akan memetik buahnya, kan pohon durian butuh belasan tahun untuk melihat hasilnya?
KOMENTAR ANDA