Tidakkah kakek nenek itu lebih dahulu menghadap Tuhan, sebelum melihat pohon itu berbuah?
Tetapi, kakek nenek itu punya niat yang luhur, “Biarlah kami yang menanam, dan biarlah anak-anak di masa depan yang memetiknya.”
Mereka memetik buah manisnya dari kegiatan positif di usia senja, karena itu kakek nenek itu tidak berharap ikut panen buah durian. Selain memiliki kegiatan bermanfaat di usia senja, keduanya ingin beramal.
Kisah empat:
Nenek pemulung sampah, hanya mendapatkan recehan dari keringatnya seharian penuh menjelajahi ruas-ruas jalanan, memunguti apa-apa yang telah dibuang orang.
Dari uang hasil perah keringat itu, hanya dinikmatinya sedikit saja, sekadar makan minum. Lebih banyak uang itu dia manfaatkan kepada seorang anak buta dan lumpuh yang hidup sebatang kara.
Kita mungkin masih ingat ungkapan yang menggambarkan kondisi miris di usia senja; gigi mulai gugur, makan sudah bubur, tidur di dekat dapur dan sejengkal lagi masuk kubur.
Namun orang-orang yang telah tua tidak boleh dibiarkan kalah oleh nasib. Selama hayat dikandung badan, semangat hidup tidak boleh padam. Banyak kok hal positif yang akan membuat usia senja menjadi manis.
Maka, kita pun tidak dapat memungkiri pada usia senja tubuh tidak lagi seprima masa muda dahulu. Tetapi tanpa berkegiatan akan membuat daya tahan tubuh akan makin melorot di usia senja. Apalagi kalau otak pula yang tidak bekerja, maka fungsinya akan kian berkurang, dan jangan sampai jatuh kepada pikun ya!
Kita pun perlu dengan bijaksana mengukur kemampuan di usia senja. Jangan terlalu berambisi, yang karena melebihi kemampuan fisik, akhirnya malah jatuh sakit. Tetapi kita juga tidak boleh mematikan segala potensi yang dimiliki hanya disebabkan sudah tua.
KOMENTAR ANDA