Kalau ada bohong putih, jadi ada dong bohong hitam?
Ya, pastinya. Malahan bohong hitam ini merajalela, dan membinasakan berbagai sendi kehidupan.
Bohong yang destruktif inilah yang meruntuhkan mahligai pernikahan, karena memang susah mencari manusia yang ikhlas didustai. Dan yang tak kalah menyeramkan, akhirnya dusta itu dibalas lagi dengan dusta. Kemudian terciptalah kompetisi yang mana mereka berlomba-lomba saling berdusta.
Suami pulang jam 11 malam, alasannya macam-macam manisnya. Padahal istrinya tahu itu hanyalah bohong, terlebih sang suami terpergok melakukan penyelewengan.
Istri tak terima dan, sayangnya, balik melakukan dusta. Tiap hari dia pulang jam 3 dini hari, alasannya juga manis-manis, yang tentunya dengan dusta berjuta-juta. Suami istri pegang kunci rumah masing-masing dan bebas melalukan apa saja, cukup dengan alasan dusta.
Akhirnya rumah tangga tentunya berantakan, ada kehidupan harmonis yang beralih wujud jadi neraka dunia. Lambat laun binasalah mahligai pernikahan, dan entah bagaimana caranya suami istri itu mempertanggungjawabkannya di hadapan mahkamah Ilahi?
Lantas bagaimana caranya jika rumah tangga yang terlanjur tegak di atas kebohongan?
Mestilah bertaubat! Taubat yang sebenar-benarnya, menyadari akibat buruk dari dusta itu, menyesali dan tidak melakukannya lagi.
Kita perlu berani untuk meluruskan dusta pasangan, bukan untuk merendahkan atau menghinanya, tetapi membimbingnya ke jalan kebenaran. Akan lebih berharga, kalau kita berani meluruskan dusta dari diri sendiri.
Memang tidak ada manusia yang sempurna, tetapi kita memiliki rujukan yang sempurna, yaitu agama. Sehingga suami istri punya referensi yang kuat agar dapat diketahui cara memperoleh kebenaran dan menyingkirkan jeratan dusta.
Ada kalanya kejujuran itu amat pahit, lebih pahit dari jamu Sambiloto. Akan tetapi tidak semua yang pahit itu buruk, bahkan jamu pahit bagus untuk daya tahan tubuh di era virus yang tengah mengamuk ini.
Kejujuran dalam rumah tangga bagaikan vaksin, yang lambat laun membangun kekebalan anggota keluarga dalam menerima berbagai prahara kehidupan. Hidup ini memang banyak masalah, bahkan kehidupan itu sendiri bisa menjadi suatu permasalahan. Kejujuran itu membuka tabir rahasia, betapa kuatnya ikatan cinta keluarga sehingga menerima apapun dengan tangan terbuka.
KOMENTAR ANDA