Vaksin Pfizer/ Net
Vaksin Pfizer/ Net
KOMENTAR

VAKSIN Covid-19 Pfizer dan Moderna adalah vaksin yang dibuat dengan menggunakan teknologi messenger RNA atau mRNA. Keduanya adalah produksi Amerika Serikat yang pada awalnya dberikan untuk para tenaga kesehatan di sana, kemudian digunakan pula oleh banyak negara Eropa dan Timur Tengah.

Saat ini, baik vaksin Moderna dan Pfizer sudah masuk ke Indonesia. Moderna didatangkan dengan tujuan utama menjadi booster bagi para nakes di Tanah Air, sebelum kemudian juga bisa didapat oleh masyarakat umum sebagai vaksin pertama dan kedua. Demikian pula dengan Pfizer.

Sebagai vaksin berbasis teknologi terbaru (mRNA), efikasi maupun efektivitas Pfizer dan Moderna diklaim lebih tinggi dibanding vaksin lain. Tak heran bila banyak orang mulai 'pilih-pilih' demi mengejar mendapatkan salah satu vaksin tersebut, terutama Pfizer.

Apa sebenarnya yang membedakan Pfizer dengan vaksin lain?

#1 Metode Pembuatan

Jika dibandingkan dengan vaksin Sinovac, perbedaan terletak pada platform pembuatan.

Pfizer—seperti juga Moderna—menggunakan mRNA yang sama sekali tidak mengandung virus tetapi hanya materi genetik (mRNA) yang mampu memberi instruksi pada sel tubuh untuk membuat sel protein spesifik yang dapat dikenali dan direspons sistem imun tubuh manusia.

Menurut WHO, teknologi ini adalah yang pertama kali digunakan di dunia untuk pembuatan vaksin.

Sementara vaksin Sinovac dikembangkan dari virus utuh yang dimatikan. WHO memastikan platform tersebut sudah terbukti ampuh seperti dalam kasus flu maupun polio.

Namun metode ini memerlukan laboratorium khusus untuk menjamin keamanan pengembangan virus atau bakteri dengan waktu produksi yang relatif lebih lama.

#2 Efikasi

Pfizer mengklaim efikasi dosis pertama vaksin mereka adalah 52% dan mencapai 95% setelah pemberian dosis kedua pada usia 16 tahun ke atas. Sementara efikasi dua dosis vaksin Moderna, menurut data FDA, mencapai 94,1%.

Adapun pada remaja usia 12 – 15 tahun, Pfizer diklaim memiliki efikasi 100% seperti dinyatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) saat memberikan Emergency Use Authorization (EUA) Pfizer Mei lalu.

Sedangkan vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi 65,35 sesuai uji klinis BPOM.

Namun pada 9 Agustus 2021, Reuters melansir bahwa vaksin Moderna lebih efektif untuk melawan varian Delta dibandingkan vaksin Pfizer, berdasarkan dua laporan yang diunggah medRxiv.

Dalam studi yang melibatkan lebih dari 50 ribu pasien di Mayo Clinic, para peneliti menemukan bahwa efektivitas vaksin Moderna yang pada awal tahun 2021 sebesar 86% menurun hingga 76% saat varian Delta meluas di bulan Juli. Adapun pada periode yang sama, efektivitas vaksin Pfizer menurun dari 76% menjadi 42%.

Terkait hasil temuan itu, pemimpin penelitian Dr. Venky Soundararajan menyarankan vaksin Moderna perlu diberikan sebagai booster bagi mereka yang mendapat vaksin Moderna atau Pfizer pada awal tahun ini.

#3 Bahan Baku

Pfizer dan BioNTech menggunakan material yaitu mRNA, lemak, potasium klorida, kalium fosfat monobasa, natrium klorida, natrium fosfat, dan sukrosa. Sedangkan Moderna menggunakan material berupa lemak, tromethamine, tromethamine hidroklorida, asam asetat, natrium asetat, dan sukrosa.

Dilansir Health, kedua vaksin tersebut pada akhirnya menjadi sangat mirip. Lipid berfungsi mengantar mRNA ke dalam tubuh, mRNA bertugas untuk menciptakan vaksin, didukung material lain yang membantu menjaga kadar pH serta stabilitas vaksin.

#4 Metode Penyimpanan

Pfizer harus dikirim menggunakan alat yang dirancang khusus dengan suhu tetap -70 derajat Celcius untuk bisa bertahan selama 10 hari dan bisa bertahan hingga enam bulan disimpan dalam freezer bersuhu sangat rendah. Sedangkan di RS, Pfizer bisa disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2 – 7 derajat Celcius dan bertahan selama lima hari.

Adapun vaksin Moderna dikirim ada suhu -20 derajat Celcius dan tetap stabil selama 30 hari dalam lemari pendingin bersuhu 2 – 8 derajat Celcius. Vaksin ini juga tetap stabil disimpan dalam suhu -20 derajat Celcius selama enam bulan dan dalam suhu ruang bisa bertahan hingga 12 jam.

Menanggapi perbedaan tersebut, Prof. Thomas Russo dari Universitas Buffalo mengatakan vaksin Pfizer tidak stabil dan perlu disimpan dalam suhu yang sangat rendah kemungkinan disebabkan lebih banyak perbedaan dalam lipid.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News